Syam Basrijal Sebut Pentingnya Dukungan Emosional untuk Korban Bencana

67 Shares

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Founder Restorasi Jiwa Indonesia (RJI) Syam Basrijal menilai bahwa dukungan emosional bagi korban bencana tidak dapat dipisahkan dari kehadiran yang empatik. Ia menegaskan bahwa pada situasi darurat, korban tidak hanya kehilangan rumah dan barang, tetapi juga kestabilan emosional yang sangat bergantung pada respons lingkungan sekitar.

Namun satu hal yang disampaikan Syam Basrijal terkait hal yang harus dihindari dalam membantu korban bencana adalah agar tidak melakukan toxic positivity.

- Advertisement -Hosting Terbaik

“Kadang ada yang namanya toxic positivity. Itu paling tidak diperkenankan. Contohnya, ‘bersabar saja, banyak yang lebih parah’. Kalimat seperti itu justru bisa melukai. Kehadiran kita harusnya memvalidasi rasa mereka,” ujar Syam kepada Holopis.com, Kamis (11/12).

Syam menjelaskan bahwa kebutuhan emosional utama korban dimulai dari kehadiran tokoh atau pihak yang dipercaya, kemudian dilanjutkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat berlindung. Setelah itu, barulah kondisi mental korban dapat diklasifikasi untuk menentukan apakah mereka membutuhkan pendampingan psikolog profesional.

- Advertisement -

“Dalam konteks bencana, yang paling penting adalah hadir dulu. Validasi dulu apa pun rasa yang muncul, jangan buru-buru menasihati. Luka itu harus keluar dulu,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa korban tidak boleh dipaksa untuk menceritakan pengalaman traumatis jika belum siap. Menurutnya, yang dibutuhkan penyintas adalah ruang aman untuk melepaskan emosi tanpa penghakiman, sekaligus pendampingan yang sensitif terhadap kondisi mereka.

Setelah emosi korban berkurang, barulah Syam menjelaskan bahwa bisa dilakukan ‘re-framing’ atau pemaknaan kembali, dan mengingatkan bahwa kejadian-kejadian yang sudah dilewati tersebut adalah hal-hal di luar kendali.

“Setelah emosinya berkurang, baru kita memberikan re-framing. Bahwa banyak kejadian di luar kendali kita, sehingga tidak semua hal harus mereka tanggung sendiri. Itu proses letting go,” kata Syam.

Dalam pesannya kepada Sobat Holopis, Syam yang juga sudah menulis banyak buku terkait kesehatan mental dan pemulihan trauma itu menyebut bahwa penyintas sejatinya membutuhkan tiga hal: kuping untuk mendengar, bahu untuk bersandar, dan rangkulan yang memberi rasa aman.

“Butuh kuping untuk mendengar, butuh bahu bersandar, dan dirangkul,” tutup Syam.

- Advertisement -
Ikuti kami di Google News lalu klik ikon bintang. Atau kamu juga bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapat update 10 berita pilihan redaksi dan breaking news.
67 Shares
💬 Memuat kolom komentar Facebook...
Cloud Startup - Bikin Website Kamu Makin Ngebut

Berita Terkait

Terbaru

holopis holopis