HOLOPIS.COM, JAKARTA – Lebih dari 100 warga sipil dilaporkan tewas dalam rangkaian serangan mengerikan yang menghantam sebuah taman kanak-kanak dan rumah sakit di wilayah South Kordofan, Sudan. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa 114 orang kehilangan nyawa, termasuk 63 anak, sementara 35 lainnya mengalami luka-luka.
Insiden bermula pada 4 Desember ketika sebuah TK di wilayah tersebut diserang berulang kali. Serangan tidak berhenti sampai situ, ketika keluarga dan pengasuh berupaya membawa korban menuju Kalogi Rural Hospital, fasilitas kesehatan itu justru ikut dihantam beberapa kali.
Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan melalui akun X bahwa serangan bertubi-tubi tersebut menarget TK dan rumah sakit hingga menimbulkan jumlah korban yang sangat besar.
“Para penyintas telah dipindahkan ke kota Abu Jebaiha untuk menjalani perawatan, dan kebutuhan akan suplai darah serta bantuan medis darurat semakin mendesak,” kata Tedros, dikutip Holopis.com, Selasa (9/12).
Ia juga mengungkapkan bahwa tenaga medis turut menjadi sasaran ketika mencoba mengevakuasi korban dari lokasi pertama ke rumah sakit.
Sebagai informasi, peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dalam perang saudara Sudan yang telah berlangsung dua setengah tahun. Pada hari yang sama, pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) mengklaim berhasil menguasai ladang minyak strategis Heglig di South Kordofan, salah satu aset energi paling penting bagi Sudan dan South Sudan.
Heglig merupakan pusat pemrosesan minyak utama yang menyalurkan produksi minyak South Sudan melalui sistem pipa Greater Nile menuju Port Sudan di Laut Merah. Menurut sumber pemerintah kepada Reuters, pasukan pemerintah dan para pekerja telah ditarik dari wilayah itu untuk mencegah kerusakan pada infrastruktur vital akibat bentrokan bersenjata.
Selain serangan terbaru ini, WHO juga mengingatkan bahwa kekerasan serupa sebelumnya terjadi pada Oktober di kota al-Fashir. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Sudan mengecam keras serangan 4 Desember tersebut dan menuduh RSF melakukan serangan dengan menggunakan pesawat nirawak (drone).
WHO menegaskan bahwa total korban jiwa berasal dari gabungan serangan di TK, proses evakuasi korban ke rumah sakit, serta serangan lanjutan di fasilitas kesehatan itu sendiri.



