HOLOPIS.COM, JAKARTA — Nama Jin Tomang mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta.
Sosok ini dikenal sebagai makhluk gaib yang konon mendiami kawasan Tomang, Jakarta Barat. Cerita tentangnya sudah beredar sejak puluhan tahun lalu dan terus menjadi bagian dari kisah horor urban yang dipercaya sebagian masyarakat hingga kini.
Dalam berbagai versi cerita, Jin Tomang digambarkan sebagai sosok besar, menyeramkan, dan kerap mengganggu manusia, terutama mereka yang pulang larut malam.
Banyak yang meyakini makhluk gaib ini sering menampakkan diri di jalan-jalan sepi atau di sekitar kawasan industri tua. Namun, hingga saat ini belum ada satu pun bukti nyata atau saksi yang benar-benar melihat wujud aslinya secara langsung.
Meski demikian, kisah tentang Jin Tomang telah mengakar kuat dalam budaya Betawi. Menurut beberapa sumber, cerita mengenai sosok misterius ini bahkan pernah diangkat dalam pertunjukan lenong Betawi tempo dulu. Dalam pementasan tersebut, Jin Tomang digambarkan sebagai pria pendek, gendut, botak, dengan wajah menyeramkan, sosok yang langsung membuat bulu kuduk berdiri.
Bagi warga Betawi, Jin Tomang dipercaya kerap menampakkan diri pada malam hari, terutama kepada pekerja pabrik atau wanita yang pulang sendirian melewati tempat sepi.
Dalam cerita rakyat, sosok ini juga disebut suka menculik anak-anak kecil yang pulang terlalu malam. Beberapa orang bahkan mengaku pernah melihat penampakan samar sosok tersebut di sekitar kawasan Tomang.
Menurut cerita lama, kawasan Tomang pada masa kolonial Belanda dikenal sebagai gudang logistik dan dapur umum bagi tentara Hindia Belanda yang bertugas di wilayah Batavia.
Tempat itu menjadi pusat penyimpanan bahan makanan dan peralatan perang. Salah satu lokasi yang dipercaya menjadi titik kemunculan Jin Tomang adalah asrama tentara di daerah Petojo, tak jauh dari Tomang.
Kini, bangunan-bangunan lama tersebut memang sudah hilang dan digantikan oleh gedung perkantoran modern, namun kisah mistisnya masih tetap hidup di kalangan warga sekitar.
Dalam beberapa tulisan sejarah, nama Tomang sendiri diyakini sudah ada sejak awal abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1805, bersamaan dengan peristiwa Panembahan Sumolo (Panembahan Natakusuma I).



