MAGELANG – Glamping alias glamor camping kini menjadi trend wisata alam yang makin diminati oleh banyak pelancong. Destinasi wisata alam yang menawarkan sensasi menginap mewah ala tenda pun kini kian menjamur. Salah satunya yang patut dicoba yaitu DeLoano Glamping.
DeLoano Glamping terletak di dataran tinggi Magelang, Jawa Tengah. Menawarkan wisata alam dengan pemandangan indah berselimut udara yang sejuk serta akan memberikan pengalaman berbeda sekaligus kesan mendalam.
Saking memesonanya, Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa sangat terpukau dengan keindahan alam dari kawasan Deloano Glamping. Wamenpar merasakan pengalaman menghabiskan waktu di DeLoano Glamping yang begitu asri dan sejuk dengan dikelilingi pohon pinus yang menjulang tinggi dan selalu berselimut kabut.
“Rasa-rasanya tidak salah kalau menikmati weekend-nya di DeLoano Glamping ini,” kata Wamenpar.
Menurut Wamenpar Ni Luh Puspa, selain ambience dan atraksi wisata seperti bird watching, paint ball, dan spa, kehadiran pertunjukkan seni budaya tradisional sangat melengkapi daya tarik DeLoano Glamping.
Lebih lanjut, Wamenpar Ni Luh Puspa dalam kunjungannya ke DeLoano Glamping, Magelang, mengatakan kehadirannya ke destinasi tersebut salah satunya untuk memastikan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana, serta atraksi wisata yang dihadirkan di DeLoano Glamping telah mampu memberikan kenyamanan sekaligus kesan yang mendalam bagi wisatawan.
Wamenpar Ni Luh dalam kesempatan itu juga memberikan usulan kepada Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) sebagai pengelola destinasi, supaya merangkul sejumlah komunitas atau kelompok budaya khususnya di desa wisata, agar setiap pekan bisa tampil secara bergantian di DeLoano Glamping.
Selain itu, Wamenpar Ni Luh Puspa melihat peluang kolaborasi lainnya. Saat menuju ke DeLoano, Wamenpar melewati dua desa wisata yang berada di dalam kawasan zona otorita Borobudur yaitu Desa Wisata Tinalah dan Desa Wisata Ngargosari.
Kedua desa wisata ini mendapat predikat 50 besar Anugerah Desa Wisata (ADWI) pada 2021 dan 2022. Wamenpar melihat letak geografis ini menjadi peluang untuk merancang sebuah travel pattern yang dikemas ke dalam paket-paket wisata.