JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy mengungkapkan, bahwa pemerintah telah menyiapkan strategi untuk mendukung industrialisasi sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045.
Rachmat menjelaskan bahwa pengembangan industrialisasi akan dilakukan melalui tujuh koridor ekonomi. Strategi ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024.
“Hal ini sudah mendapat dukungan dari DPR dan sekaligus mengesahkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025 sampai 2045, dalam rencana pembangunan jangka panjang ditetapkan visi Indonesia Emas,” ujar Rachmat dalam keterangannya, yang dikutip Holopis.com, Sabtu (23/11).
Rachmat menjabarkan tujuh koridor ekonomi yang akan menjadi pusat pengembangan industri di Indonesia:
- Koridor Ekonomi Sumatera, yang difokuskan pada industri berbasis sumber daya alam (SDA) dan menjadi hub ekonomi biru di bagian barat Indonesia.
- Koridor Ekonomi Jawa, sebagai pusat industri berbasis inovasi, riset, dan teknologi.
- Koridor Ekonomi Kalimantan, berperan sebagai superhub ekonomi Nusantara melalui pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
- Koridor Ekonomi Sulawesi, mendukung ekonomi IKN dan industri berbasis SDA.
- Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara (Nusra), dikembangkan sebagai superhub pariwisata dan ekonomi kreatif Nusantara.
- Koridor Ekonomi Maluku, ditargetkan menjadi hub ekonomi biru di wilayah timur Indonesia.
- Koridor Ekonomi Papua, ditujukan untuk industri kimia dasar dan agro.
“Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kita harus melakukan transformasi menyeluruh,” tegas Rachmat.
Dalam paparannya, Rachmat juga menguraikan bahwa industrialisasi diharapkan menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi sektor industri pengolahan mencapai 28 persen pada 2045.
Proses tersebut akan dilakukan melalui empat tahap, yaitu:
- Tahap 1 (2025-2029): Fokus pada penguatan ekosistem industrialisasi. Pada periode ini, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB ditargetkan sebesar 21,9 persen, dengan kebutuhan investasi mencapai USD3.047,8 miliar atau setara Rp44.705 triliun.
- Tahap 2 (2030-2034): Bertujuan meningkatkan kompleksitas produk industri. Target kontribusi industri pengolahan terhadap PDB mencapai 26,6 persen, dengan investasi sebesar USD4.929 miliar atau sekitar Rp74.956 triliun.
- Tahap 3 (2035-2039): Difokuskan pada penguatan daya saing industri untuk ekspansi global. Pada tahap ini, industri pengolahan ditargetkan menyumbang 30 persen terhadap PDB.
- Tahap 4 (2040-2045): Indonesia diharapkan mencapai status Manufacturing the World dengan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB sebesar 28 persen. Investasi yang diperlukan pada periode ini diperkirakan mencapai USD17.851 miliar atau sekitar Rp300.742 triliun.
Strategi ini diharapkan mampu mewujudkan transformasi ekonomi Indonesia menuju negara industri maju pada 2045.