HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kepala Negara Korea Utara, Kim Jong Un telah memerintahkan untuk melakukan produksi massal pesawat tanpa awak alias (drone) yang bertugas untuk melakukan serangan tempur.
Kabar perintah Kim Jong Un tersebut seperti dilaporkan oleh AFP dari kantor berita Korea Utara, KCNA, Jumat (15/11).
Perintah itu di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kerja sama militer negara itu yang semakin dalam dengan Rusia. Apalagi Kim Jong Un baru-baru ini dikunjungi oleh Vladimir Putin.
KCNA menyebut, Kim mengawasi uji coba pesawat nirawak yang dirancang untuk menyerang target darat dan laut pada Kamis (14/11). Pesawat nirawak serang tersebut diproduksi oleh Komplek Teknologi Udara Nirawak Korea Utara.
“Ia menggarisbawahi perlunya membangun sistem produksi serial sedini mungkin dan memasuki produksi massal skala penuh,” kata KCNA seperti dikutip Holopis.com.
Pesawat nirawak ini dirancang untuk membawa bahan peledak dan secara sengaja ditabrakkan ke target musuh. Pesawat ini juga secara efektif berfungsi sebagai peluru kendali. Uji coba pada Kamis memperlihatkan drone tersebut tepat mengenai target setelah terbang di sepanjang jalur yang telah ditentukan.
“Pesawat tanpa awak serang bunuh diri yang akan digunakan dalam berbagai jarak serang ini akan menjalankan misi untuk menyerang secara tepat setiap target musuh di darat dan di laut,” kata KCNA.
Kim mengatakan, pesawat nirawak merupakan komponen kekuatan serang yang mudah digunakan. Hal itu karena biaya produksinya yang relatif rendah dan jangkauan aplikasinya yang luas.
Kim menyebut, Korea Utara baru-baru ini menaruh perhatian pada pengembangan sistem perangkat keras nirawak. Ia ingin mengintegrasikannya dengan strategi militer negara secara keseluruhan.
AFP menyebut, para analis mengatakan pesawat nirawak tersebut tampak mirip dengan sejumlah pesawat sejenis. Di antaranya drone “HAROP” buatan Israel, “Lancet-3” buatan Rusia, dan “HERO 30” buatan Israel. Ini terlihat dalam gambar yang dirilis pada Agustus lalu, saat Korea Utara pertama kali memamerkan pesawat serang nirawaknya.
Mereka mengatakan kemampuan tersebut mungkin berkat makin terjalinnya aliansi Korea Utara dengan Rusia. Negara itu kemungkinan besar memperoleh teknologi ini dari Rusia, yang kemungkinan besar memperolehnya dari Iran. Iran sendiri diduga mengakses teknologi pesawat nirawak melalui peretasan atau pencurian data dari Israel, namun belum dapat diklarifikasi.