Saat itu pihak tv sempat kehilangan kontak dengan Meutya, namun pada akhirnya mereka berhasil dibebaskan pada 21 Februari 2005.
Pengalamannya itu membuat Meutya menulis sebuah buku pada tahun 2007 berjudul 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak.
Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan tulisan pengantar untuk buku tersebut.
Di tahun 2008 ia mendapatkan penghargaan alumni Australia 2008 untuk kategori Jurnalisme dan Media. Di tahun 2012 Meutya Hafid menjadi salah satu di antara lima Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan.
Sementara itu, karir politik Meutya dimulai saat ia ikut kontestasi Wali kota dan Wakil Wali kota Binjai, Sumatera Utara pada tahun 2010, meskipun Meutya kalah. Di tahun 2010, ia dilantik menjadi anggota DPR dari Partai Golkar.
Di DPR-RI, ia menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR sejak 2019. Saat ini, Metuya sudah menjadi Saat ini ia menjabat sebagak Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia