HOLOPIS.COM, SUMUT – Wali Kota Medan Bobby Nasution memperingatkan Edy Rahmayadi untuk bisa menjaga sikapnya yang dianggap kurang sopan.
Hal itu disampaikan Bobby Nasution saat acara relawan di Kota Medan, Sumatera Utara pada Kamis (24/10). Dimana Bobby awalnya menegaskan tidak ada satupun kepala daerah di Indonesia yang bisa merasa paling hebat tanpa bantuan dan dukungan dari pemerintah pusat.
“Tidak ada bupati dan wali kota yang hebat menyelesaikan masalahnya tanpa ada pemerintah di atasnya. Sama tidak ada Gubernur yang hebat,” kata Bobby Nasution dalam orasinya.
Menantu Presiden Jokowi itu bahkan menunjuk hidung Edy Rahmayadi untuk tidak jumawa bisa pernah mengisi jabatan kursi Gubernur Sumatera Utara.
“Di Indonesia ada 38 Gubernur, jadi tidak usah merasa paling keren, paling mantap, paling bisa semua tanpa mengikuti arahan pemerintah yang ada di atasnya dan pemerintah pusat,” tegasnya.
Bobby tidak ambil pusing dengan jabatan Edy terdahulu sebagai Pangkostrad. Pasalnya, dirinya meyaknini jika Pilgub Sumut bukan mencari gubernur yang paling hebat, namun gubernur yang mau mendengar pemerintah di atasnya dan bisa sejalan dengan pemerintah di bawahnya.
“Pasti kita akan senang bangga, hari ini kita cari bukan sosok yang paling hebat di Sumut, bukan sosok Gubernur Sumut yang paling seram di Sumut, tapi sosok gubernur yang mau menghargai pemerintahan atasnya,” terangnya.
“Tidak ada yang hebat superpower di Sumut ini , tapi masyarakat yang kita dengarkan dan program-program pemerintah pusat dan kabupaten/kota yang kita jalankan,” sambungnya.
Keluhan ini sendiri menurut Bobby, berangkat dari pengalamannya selama ini yang merasa kurang diperhatikan oleh Edy Rahmyadi semasa menjabat sebagai gubernur Sumatera Utara.
“Saya sudah pernah menjadi kepala daerah tingkat II udah pernah jadi wali kota dan merasakan tatanan pemerintah masing-masing, bagaimana sektor pemerintahan ini rasakan,” tuturnya.
Padahal, Bobby menyebut bahwa selama ini pemerintah pusat justru sangat perhatian kepada pemerintah di bawahnya, yaitu Pemprov Sumut. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kunjungan Jokowi ke Sumut saat menjabat sebagai Presiden.
“Itulah kunjungan terakhir Pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia ditutup di Sumatera Utara, pemerintah pusat sangat memperhatikan Sumatera Utara, sebagai kepala daerah tingkat II memperhatikan bagaimana perhatian pemerintah pusat kepada Sumut,” ucapnya.
Bobby menilai hal ini tidak terjadi di Pemprov Sumut. Sebagai atasan dari pemerintah tingkat kabupaten dan kota, Pemprov Sumut dinilai kurang berkontribusi.
“Itulah bagaimana pemerintah pusat memperhatikan dan pemerintah kabupaten kota juga mensupport tapi ada kekosongan sama seperti tadi yang kita sampaikan bila pemerintah ini berjenjang,” jelasnya.
Bobby menyebut jika dia tidak ingin menjelek-jelekkan pribadi, tapi menurutnya ini merupakan masalah kinerja. Namun hal itu merupakan apa yang dialami Bobby selama ini.
“Ini bukan mau menjelek-jelekkan pribadi ini masalah kinerja. Kami pemerintah tingkat II sudah merasakan ada kekosongan, pemerintah provinsi harusnya bisa mendengarkan kami pemerintah kabupaten dan kota, pemerintah pusat biasanya langsung dengan pemerintah daerah di Sumut,” tuntasnya.