Jumat, 27 September 2024
Jumat, 27 September 2024
NewsEkobizKemenkeu Incar Setoran Rp 3,8 Triliun dari Cukai Minuman Berpemanis Tahun Depan

Kemenkeu Incar Setoran Rp 3,8 Triliun dari Cukai Minuman Berpemanis Tahun Depan

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan pendapatan negara dari cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) pada tahun 2025 mendatang sebesar Rp 3,8 triliun.

Direktur Penerimaan dan Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kemenkeu, Aflah Farobi mengatakan, angka tersebut turun dari target yang ditetapkan tahun ini, yakni sebesar Rp 4,38 triliun.

“Cukai MBDK tahun ini Rp 4,3 triliun dan di tahun depan 2025 dicantumkan Rp 3,8 triliun,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (26/9) seperti dikutip Holopis.com.

Aflah menjelaskan, penurunan target penerimaan negara dari cukai MBDK telah melalui pengkajian dan pembahasan bersama dengan DPR.

“Itu kemarin kami telah diskusi dengan DPR dan melihat bahwa untuk penerapan cukai MBDK ini tentunya harus dikaji sesuai perkembangan ekonomi,” katanya.

Terkait tarif cukai MBDK, dia mengatakan masih dalam pembahasan. Ada usulan tarif sebesar 2,5 persen, namun kata dia, usulan tersebut masih akan dikaji lebih lanjut.

“Tarif 2,5 persen masuk ke kajian kita, jadi belum kita putuskan. Ini pengaruh nantinya bagaimana policy pemerintah baru. Jadi mengenai tarif dan apa yang akan dikenakan masih intensif dikaji,” imbuhnya.

Tidak cuma terkait cukai MBDK, Aflah menuturkan, bahwa pihaknya juga tengah mengkaji perubahan tarif cukai hasil tembakau (CHT).

“Mengenai cukai hasil tembakau, HJE (Harga Jual Eceran)-nya juga sedang masih dikaji apakah akan berpengaruh kepada pengendalian konsumsi dan penerimaan seberapa besar,” katanya.

Penyesuaian tersebut dilakukan mengingat kini tengah terjadi fenomena downtrading pada produk rokok, yaitu beralihnya preferensi konsumen ke produk-produk yang lebih murah.

Selain fenomena tersebut, ia menuturkan bahwa pihaknya juga mempertimbangkan empat hal lain sebelum memutuskan perubahan tarif CHT tersebut, seperti kondisi industri dan petani tembakau.

Kemudian faktor kesehatan dan pengendalian konsumsi produk hasil tembakau juga menjadi pertimbangan pihaknya. Adapula faktor penerimaan dan juga peredaran rokok ilegal yang semakin marak.

“Jadi, untuk empat hal ini tentunya kita cari di mana titik optimumnya, termasuk bagaimana pengaruh terhadap penerimaan dan pengendalian konsumennya saat ini masih kami kaji bersama,” tandas Aflah.

Google News

Temukan kamu di Google News dan jangan lupa klik ikon bintang untuk mengetahui semua berita terbaru dari kami.

WhatsApp Channel

Follow WhatsApp Channel Holopis.com untuk mendapatkan 10 berita terbaru setiap hari dari tim Redaksi.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

Harga Beras Indonesia Disebut Paling Mahal di ASEAN, Begini Kata Jokowi

Bank Dunia menyebut, bahwa harga beras di Indonesia merupakan yang paling mahal di kawasan ASEAN. Bahkan tingkat harga beras di Tanah Air di sebut 20 persen lebih mahal ketimbang negara lain.

Jokowi Ajari Warga Minta Prabowo Lanjutkan Program Bantuan Beras

Presiden Jokowi (Joko Widodo) berharap agar masyarakat bisa ikut bersuara untuk meminta program bantuan pangan bisa berlanjut di pemerintahan mendatang.

Investor Saham Makin Banyak, Jumlahnya per September 2024 Capai 6 Juta Orang

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor di pasar saham terus mengalami peningkatan. Dimana sampai dengan akhir September 2024 ini, jumlah investor saham menembus 6 juta single investor identification (SID).

Jokowi Harap Probowo Lanjutkan Program Bansos Beras

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap agar Presiden terpilih Prabowo Subianto bisa melanjutkan program bantuan sosial (bansos) berupa beras sebesar 10 kilogram (kg), usai dirinya tak lagi menjabat sebagai Kepala Negara.