HOLOPIS.COM, JAKARTA – CEO Telegram Pavel Durov akhirnya angkat bicara pasca penangkapannya di Prancis. Penangkapan dilakukan karena dugaan bahwa Telegram digunakan untuk para kriminal melakukan komunikasi dan menyebarkan berita-berita hoaks.
Pavel pun membantah bahwa Telegram menjadi sarang kriminal, dan mengklaim bahwa pihaknya beursaha unutk membawa kebaikan kepada pelanggannnya serta membela hak-hak dasar masyarakat.
“Kami didorong oleh niat untuk membawa kebaikan dan membela hak-hak dasar masyarakat, khususnya di tempat di mana hak-hal ini dilanggar,” kata Pavel, dikutip Holopis.com, Jum’at (6/9).
Hal itu mengacu paka Telegram yang dinilai sulit untuk diretas sehingga tidak bisa membatasi jika para kriminal melakukan pembicaraan terlarang atau menyebarkan berita-berita provokatif.
Meski demikian, Pavel mengaku bahwa Telegram masih jauh dari kata sempurna. Mereka juga mengakui kesalahan yang membuat pihak berwenang bingung harus mengirimkan permintaan ke mana.
Namun Pavel membantah keras klaim dari media-media yang menilai bahwa Telegram adalah surga bagi para anarkis.
“Klaim di beberapa media bahwa Telegram adalah surga anarkis sama sekali tidak benar,” jelas Pavel.
Ia mengaku tim nya sudah bekerja keras meminimalisir hal tersebut dengan banyak menghapus unggahan-unggahan yang dianggap berbahaya.
“Kami menghapus jutaan postingan dan saluran berbahaya setiap hari,” katanya.
Jumlah Pengguna Telegram Membludak
Pavel Durov juga mengatakan jumlah pengguna Telegram mengalami kenaikan yang signifikan, sehingga membuat para penjahat mudah untuk menyalahgunakan platform mereka.
“Peningkatan jumlah pengguna Telegram secara tiba-tiba menjadi 950 juta menyebabkan penjahat semakin mudah menyalahgunakan platform kami,” kata Durov.
“Itulah sebabnya saya menjadikan tujuan pribadi saya untuk memastikan kami meningkatkan banyak hal dalam hal ini,” lanjutnya,” lanjutnya.
Pavel juga berharap penangkapannya justru bisa membuat Telegram menjadi platform yang lebih aman lagi..
“Saya berharap kejadian di bulan Agustus ini akan menjadikan Telegram dan industri jejaring sosial secara keseluruhan lebih aman dan kuat,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Telegram adalah aplikasi atau layanan obrolan teks mirip Whatsapp, namun dengan fitur berbeda seperti Twitter atau Facebook.
Penggunanya bisa mengunggah grup, story, diskusi, dan membuat saluran khusus di dalamnya. Sebenarnya, pengguna baru aplikasi ini harus melakukan persetujuan untuk tidak mengirimkan spam atau melakukan penipuan, kekerasan, dsb.
Tetapi di lapangan, peraturan Telegram lebih sedikit dibandingkan aplikasi buatan Amerika Serikat lainnya.