Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut kondisi perekonomian secara global di tahun 2025 bakal lebih baik dibandingkan dengan kondisi di tahun 2024.

Hal itu disampaikan Airlangga dalam konferensi pers tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Jakarta, pada Jumat (!6/8) siang tadi.

“Jadi proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 diperkirakan sedikit membaik dibandingkan 2024,” kata Airlangga dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (16/8).

Menurutnya, tingkat inflasi di tahun depan akan relatif menurun bila dibandingkan dengan tahun ini. Ia mengatakan, emerging markets masih di angka 6 persen. Akan tetapi, negara maju diperkirakan sekitar 2 persen dan dunia di kisaran 4,4 persen.

Airlangga mengungkapkan, pihak Bank Dunia telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 sebesar 3 persen. Angka ini naik dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2024 yang hanya sebesar 2,9 persen.

Begitu juga dengan OECD yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 sebesar 2,7 persen. Sedangkan pada 2024 hanya 2,6 persen.

Menurut Airlangga, Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen. Kemudian inflasi rendah di kisaran 2 persen. Angka ini masih terlampau rendah di bawah negara-negara lain.

“Beberapa capaian sudah disampaikan Presiden Jokowi, yakni tingkat kemiskinan ekstrem 0,83 persen per Maret, tingkat pengangguran 4,82 persen per Februari 2024, orang yang bekerja bertambah 3,55 juta dari Februari 2023 ke Februari 2024, Indeks keyakinan konsumen masih di atas 100. Indeks penjualan riil tumbuh positif, surplus perdagangan terus berlanjut, cadangan devisa tinggi di US$ 145,45 miliar,” papar Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama, Airlangga membeberkan strategi yang akan dijalankan pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto, seperti revitalisasi mesin ekonomi.

Pemerintah, kata dia, juga terus memberikan program perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

“Empat modal besar perlu kita jaga, yakni konektivitas, perbaikan tata kelola sumber daya manusia, insentif untuk transisi energi, serta perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat,” pungkasnya.