Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Yayasan Insan Mandiri Nusantara (IMAN) dengan bangga mengadakan acara grand launching Insan Mandiri Academy, yang berlangsung di Ballroom Pranaya Boutique Hotel BSD Tangerang, Banten, pada Sabtu (10/8) lalu. Ini merupakan inisiatif inovatif yang bertujuan mencetak talent digital yang profesional dan mandiri.

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari perwakilan yayasan, yang menjelaskan visi dan misi IMAN dalam membangun generasi mandiri dan berdaya saing tinggi. Yayasan ini telah berkomitmen untuk meningkatkan akses pendidikan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat, dengan harapan dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia.

Dalam acara tersebut, terdapat sesi yang paling dinantikan, yakni sesi talkshow interaktif bertema “Sharing is Caring” yang diisi oleh Edy Fajar Prasetyo, Ust. Didin dan Salman Alfarisi.

Dalam sesi tersebut, Edy berbagi pengalamannya menerima beasiswa pendidikan dan bagaimana hal tersebut telah mengubah hidupnya, menjadikannya pemuda yang berdaya dan memiliki banyak karya.

Sedangkan Ust. Didin, yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Muhajirin Leuwiliang bercerita tentang awal mula pesantrennya berdiri atas inisiasi oleh Yayasan IMAN. Dari membebaskan lahan wakaf sampai pembangunan gedung dan fasilitas pesantren.

Terakhir, Salman memaparkan tentang kebutuhan talenta digital di dunia bisnis. Dimana beliau sendiri merupakan business owner yang sangat membutuhkan talenta digital untuk meningkatkan penjualan dan pengembangan bisnisnya.

Cerita inspiratif Edy, Ust.Didin dan Salman diharapkan dapat memberikan motivasi untuk berbagi serta menggambarkan kebutuhan talenta digital kepada para peserta yang hadir.

Setelah talkshow, acara dilanjutkan dengan pemaparan program Insan Mandiri Academy (IMA). Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan berkualitas dalam tiga aspek utama. Pertama yakni mental dan karakter yang meliputi pendidikan produktif muslim, design thinking, dan character building.

Kedua yakni keterampilan digital, dimana pendidikan akan berfokus pada pembelajaran data analyst, pengembangan web dan aplikasi, pemasaran digital, dan desain UI/UX. Ketiga adalah pra profesional, yang mencakup grooming profesional, pembuatan resume dan portofolio, serta wawancara.

Direktur Program IMA, Tri Dimas Arjuna menjelaskan, bahwa program ini tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup.

“Kami ingin menciptakan generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di era digital dan globalisasi,” ujar Tri dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Selasa (13/8).

Program IMA didesain untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap kerja melalui tiga tahapan utama. Pertama yakni seleksi peserta, dimana peserta dinilai berdasarkan karakter dan kompetensi serta termasuk dalam kategori membutuhkan (dhuafa).