HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua DPW PKS DKI Jakarta Khairudin merespons omongan Anies Baswedan yang mengklaim tidak ada tenggat waktu 40 hari dari PKS untuk mendapatkan tambahan dukungan politik, sekurang-kurangnya dari Partai Nasdem dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), agar PKS bisa mendaftarkan Anies Baswedan dan Muhammad Sohibul Iman ke KPUD DKI Jakarta sebagai pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2024-2029.
Disampaikan Khairudin, bahwa batas 40 hari sejak tanggal 25 Juni 2024 tersebut sudah disampaikan langsung oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu kepada Anies Baswedan pada tanggal 20 Juni 2024.
“Menurut Presiden PKS sudah, sejak 20 Juni 2024 sudah menyampaikan secara langsung ke Pak Anis soal keputusan DPTP PKS yang mencalonkan Pak Anies sebagai calon gubernur dengan calon wakil gubernurnya dari kader PKS yaitu bapak Muhammad Sohibul Iman PhD,” kata Khairudin dalam voice note yang ditujukan kepada Anies Baswedan seperti dikutip Holopis.com, Senin (12/8).
Tenggat waktu itu berjalan sejak 25 Juni setelah Ahmad Syaikhu menyampaikan secara terbuka kepada publik dan seluruh kader PKS bahwa pasangan Cagub dan Cawagub dari PKS adalah Anies Baswedan – Muhammad Sohibul Iman. Dan menurut Khairudin, keputusan ini pun disambut positif Anies yang dimaknai oleh para jubir PKS, bahwa Anies Baswedan setuju dengan syarat dari partainya, yakni dicalonkan bersama Sohibul Iman dari PKS, sekaligus menggalang dukungan kepada partai politik lain, agar syarat pencalonan Anies-Sohibul bisa diimplementasikan ke KPUD.
“Untuk kedua peristiwa ini, Pak Anies menyambut positif dengan menjawab langsung ke presiden PKS maupun via rekaman dari Spanyol yang diunggah di medsos. Dari situ kami menyimpulkan bahwa Pak Anies sudah menerima keputusan DPTP,” ujarnya.
Dengan penjelasan ini, Khorudin memastikan bahwa tanggal 4 Agustus 2024 bukan batas waktu jawaban apakah Anies bersedia dicalonkan bersama Sohibul Iman, melainkan memastikan partai lain ikut mendukung pasangan Anies-Sohibul.
“4 Agustus tentu bukan soal persetujuan Pak Anis terhadap Pak Sibul Iman sebagai Cawagub untuk Pak Anis, melainkan keberhasilan Pak Anies untuk mendapatkan kepastian tambahan dukungan dari partai lain seperti Nasdem dan atau PKB, agar Pak Anies dan Pak Sohibul Iman dapat didaftarkan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta,” papar Khairudin.
Lantas persoalan tanggal 4 Agustus 2024 sebagai ambang batas waktu Anies mencari dukungan politik dari partai lain tersebut tentu dipertanyakan oleh para PIC PKS, mengapa sampai dengan saat itu belum ada statemen dari PKB maupun NasDem yang memastikan dukungan politik kepada Anies dan Sohibul Iman.
“Sementara dari pimpinan Partai NasDem Pak Sahroni dan PKB Pak Jazilul Fawaid justru pada akhir Juli dan awal Agustus malah menyampaikan pernyataan terbuka yang mudah dipahami bahwa mereka tidak jadi atau tidak melanjutkan dukungan pada Pak Anies sebagai calon gubernur di Jakarta,” tandasnya.
Fakta inilah yang kemudian membuat PKS mulai perlahan mempertimbangkan ulang pencalonan Anies Baswedan sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta 2024.
Tawaran Jadi Kader PKS
Lebih lanjut, Khairudin mengaku pernah menyarankan kepada Anies Baswedan secara langsung agar mengambil win-win solution agar kerja sama politik PKS dengan Anies bisa tetap berlanjut di Pilkada Jakarta. Yakni bergabungnya Anies dengan PKS, sehingga untuk Cawagub dapat dipertimbangkan lagi oleh partai lain, baik NasDem maupun PKB.
“Sementara saya Khairudin pernah sampaikan langsung ke Pak Anies agar kalau tidak menerima Pak Sohibul Iman, maka Pak Anies bisa mengenakan jaket putih, maksudnya sebagai kader PKS. Jadi nanti sebagai calon gubernur dari PKS, sehingga bisa mengambil calon wakil gubernur dari luar PKS,” terang Khairudin.
Hanya saja, tawaran itu justru ditolak mentah-mentah oleh Anies, dan bekas Calon Presiden RI tersebut memilih tetap berada di jalur independen saja.
“Tetapi waktu itu (Anies) tidak menyambut positif ajakan tersebut, malah menyampaikan
keinginan Pak Anies untuk netral,” sambungnya.
Hal ini disampaikan Khairudin sebagai respons kekecewaan dirinya kepada Anies Baswedan yang sebelumnya membuat voice note untuk merespons komunikasi dirinya dengan Anies, dan rekaman suara tersebut justru tersebar di publik.