HOLOPIS.COM, JAKARTA – Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Rachmat Pambudy meyakini program makan bergizi yang bakal terlaksana pada pemerintahan presiden terpilih, Prabowo Subianto dapat berjalan mulus. 

Meskipun saat ini, ketersediaan susu masih terbilang cukup terbatas untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan program tersebut secara keseluruhan.

“Kalau susu terus terang berat, dan pak Prabowo sendiri sudah mengatakan bahwa untuk mencapai pemenuhan menggunakan susu itu tidak mudah, meskipun itu diupayakan,” kata Rachmat dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (5/7). 

Namun perkara tersebut tidak lantas melunturkan keyakinannya terkait program andalan Prabowo-Gibran tersebut. Sebab, kata dia, menu susu pada program tersebut akan menyasar daerah produsen susu.

Di sisi lain, ia juga meyakini pemerintah akan menambah produksi susu di Tanah Air melalui sejumlah upaya, seperti memperbaiki genetik hingga memperbanyak indukan sapi, meskipun untuk memperbanyaknya harus dilakukan impor.

“Nanti lambat laun kita juga harus melakukan perbaikan genetik, kita juga harus memperbanyak indukan sapi dan mungkin mau tidak mau kita harus impor sapi perah,” katanya.

Lebih lanjut ia menegaskan, bahwa Prabowo-Gibran saat ini sudah mempersiapkan program makan bergizi gratis dengan matang, salah satunya tentang bagaimana pemenuhan susu agar program itu bisa berjalan.

Adapun menurutnya salah satu caranya adalah dengan bantuan teknologi dalam hal pembibitan sapi. 

“Sekarang pembibitan sapi bagaimana, sapi kan umumnya dari nontropis, ya kita harus cari bibit yang sapi untuk tropis. Kita punya ahlinya, sudah ada ahli-ahli Indonesia bersama ahli-ahli negara lain yang sudah bisa mengembangkan sapi untuk tropis,” ungkap dia.

“Jadi kalau Australia punya sapi perah tropis itu dipakai, kan ada teknologi-teknologi lain yang bisa dimanfaatkan. Kembali lagi bagaimana kita menghasilkan bibit yang baik, pakan yang terbaik untuk sapi itu,” sambungnya.

Rachmat pun meyakini, Indonesia nantinya bisa swasembada susu. Bahkan dia meyakini, produksi susu di Tanah Air tidak hanya 10-20 liter per hari, tapi 30 liter per hari.

“Kenapa saya yakin? kita pernah bisa, tahun 1980-an kita pernah swasembada susu untuk populasi saat itu. Bahkan kelebihan, sempat dibuang ke sungai,” tutur Rahmat.