Adapun tindakan yang sedang terus dilakukan juga dalam tataran global, tataran internasional, seperti bagaimana mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja sama Islam (OKI), dan dunia internasional terutama negara-negara besar adidaya agar serius menekan Israel, menghentikan Israel dari serangannya terhadap Palestina, dan agar mereka mau melakukan perdamaian dan gencatan senjata yang abadi. Tentu para pemimpin dunia telah mengupayakan itu.
Tetapi kebutuhan mendesak dan darurat saat ini bagaimana menyelamatkan korban perang dari masyarakat sipil yang mereka ini terluka, membutuhkan pengobatan secepatnya, anak-anak yang terlantar tidak bisa sekolah, tidak memiliki tempat tinggal, dan yang trauma. Ini juga membutuhkan pengobatan dan penanganan secepatnya.
“Karena mereka juga tidak mungkin mau jadi warga negara dan bangsa Indonesia. Mereka wajib dikembalikan ke kampung halamannya, ke negara asalnya untuk kemudian mereka membangun dan mempertahankan, membela negaranya sendiri. Tentu saja itu semuanya sudah dipahami oleh para pemimpin-pemimpin dunia Islam dan para aktivis pembela Palestina di mana pun berada, termasuk di Indonesia,” jelasnya.
Ustadz Jeje menekankan, rencana atau wacana menolong dan menampung anak-anak Palestina yang menjadi korban perang adalah sebuah program yang memungkinkan untuk dilakukan secepatnya, jika itu pun telah disepakati bersama antar pemerintah Indonesia dengan otoritas Palestina. Sebab berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan pertolongan darurat terhadap nasib dan rakyat anak-anak Palestina.
“Tetapi kondisi perang yang berkecamuk ini berat sekali melakukan pembelaan dan pertolongan kemanusiaan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa mereka. Maka, upaya yang paling dekat dan paling cepat bisa dilakukan mengeluarkan mereka, karena sudah tidak tertampung umpamanya di negara-negara muslim yang berbatasan,” ujar dia.
“Nah maka tidak ada salahnya Indonesia menawarkan itu kalau bisa diterima dan disepakati kedua belah pihak. Dan sekali lagi, itu bukan untuk selamanya, ini adalah penanganan darurat sampai mereka selesai perang dan pembangunan kembali sudah dilakukan untuk sarana tempat tinggal pendidikan, ibadah dan yang lainnya, baru mereka dikembalikan lagi,” pungkasnya.