HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kecelakaan maut yang menewaskan 11 orang di turunan Ciater, Subang, Jawa Barat menyisakan pedih mendalam bagi keluarga korban. Apalagi mayoritas korban meninggal adalah siswa-siswi kelas XII SMK Lingga Kencana yang tengah berwisata untuk merayakan kelulusan mereka.
Berdasarkan keterangan dari Bagian Informasi Yayasan Kesejahteraan Sosial, Dian Nurfarida, bahwa semua bus yang digunakan oleh SMK Lingga Kencana untuk mengangkut para siswa dan perwakilan guru tersebut dalam kondisi laik jalan sebelum diberangkatkan.
“Awalnya kami merasa cukup laik untuk memberangkatkan dengan bus ini,” kata Dian dalam konferensi persnya di Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5) seperti dikutip Holopis.com.
Namun dalam perjalanan justru ada satu armada yang mengalami kendala teknis fatal hingga akhirnya mengalami kecelakaan dan menewaskan 11 orang itu.
Diketahui, SMK Lingga Kencana menggunakan 3 unit armada bus untuk mengangkut para siswa dan dewan gurunya. Ketiganya diketahui berbeda, walaupun belum juga diketahui apakah ketiga bus tersebut berasal dari PO yang sama.
Bus yang digunakan antara lain ; bus Tiga Srikandi dengan nomor polisi E 7991 V, bus Kahuripan Utama (belum diketahui nomor polisinya), serta bus Putera Fajar bernomor polisi AD 7524 OG.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa PO Trans Putera Fajar mengalami kecelakaan maut di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang , Jawa Barat, pada hari Sabtu, 11 Mei 2024 pukul 18.30 WIB.
Putera Fajar adalah satu dari 3 bus yang diberangkatkan oleh SMK Lingga Kencana untuk mengangkut para siswa dan guru untuk berlibur ke Bandung, Jawa Barat dalam rangka perpisahan kelulusan siswa SMK kelas XII.
Wadirlantas Polda Jabar AKBP Edwin Affandi menyampaikan bahwa penyebab utama dari kecelakaan tersebut berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang , Jawa Barat, adalah karena rem blong pada bus yang dikemudikan oleh Sadira (50) itu.
“Dugaan awal penyebab terjadinya kecelakaan karena tidak berfungsinya sistem rem,” kata AKBP Edwin dalam keterangannya, Minggu (12/5).
Hal ini karena tim penyidik tidak menemukan adanya bekas pengereman di sepanjang jalan lokasi kecelakaan yang menewaskan 11 orang tersebit.
“Karena di TKP tidak sama sekali kita temukan bekas rem atau jejak rem dari bus,” ujarnya.