HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta), Adi Prayitno menyayangkan narasi yang dibangun oleh Kementerian Koperasi yang meminta agar warung madura mematuhi jam operasional.
Menurutnya, narasi semacam itu sangat aneh dan timpang. Sebab, warung madura bukan sektor bisnis retail modern seperti halnya minimarket dan supermarket. Melainkan UMKM yang dikelola secara swasembada oleh masyarakat untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup mereka.
“Ya ampun Pak. Begini amat atur negara. Warung Madura buka 24 jam itu sekedar nyambung hidup,” kata Adi dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Jumat (26/4).
Bagi akademisi asal Madura, Jawa Timur tersebut, bahwa warung madura yang saat ini ada di sejumlah kawasan di Indonesia bukan sekadar cari untung saja, akan tetapi ada aspek lain yang menjadi kebutuhan penting masyarakat kelas bawah di dalamnya.
“Untungnya nggak seberapa, cukup buat sekolahin anak di pesantren, bayar cicalan hutang ke rentenir karena gagal panen. Sisa makanan aja dipanasin terus buat hemat,” imbuhnya.
Polemik ini muncil pasca Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) Arif Rahman Hakim memberikan komentarnya tentang operasional warung madura selama 24 jam.
Menurutnya, warung madura harus mematuhi jam operasional, sehingga jangan sampai buka selama 24 jam.
“Kalau ada regulasi terkait jam kerja, tentu kami minta untuk dipatuhi,” kata Arif di Bali pada hari Rabu (24/4) kemarin.