HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menyarankan kepada Megawati Soekarnoputri untuk mengevaluasi posisi Hasto Kristiyanto sebagai “Panglima Perang Ganjar Mahfud” sekaligus Sekjen DPP PDIP Perjuangan.
Menurutnya, keberadaan Hasto saat ini patut dipertimbangkan untuk dicopot, jika melihat hasil Pemilu 2024 yang membuat partai berlambang banteng moncong putih terseok-seok.
“PDIP 2024 menghasilkan sesuatu yang menurut saya sangat memalukan. Selain jumlah kursi yang anjlok, capres-cawapres yang diusung kalah telak. Bahkan PDIP tak bisa berpengaruh positif sebagai mitra kerja partai lain,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Sabtu (13/4).
Jika melihat hasil Pemilu 2024, PDIP diperkirakan hanya mendapatkan 110 kursi di DPR RI. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mendapat 128 kursi, maka penurunannya adalah 28 kursi.
Kemudian dari aspek Pilpres, suara Ganjar Pranowo dan Mahfud MD juga kalah telak, bahkan dengan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Di mana suara paslon nomor 3 tersebut hanya mendapatkan 27.040.878 atau 16,47% suara hasil rekapitulasi suara nasional KPU.
Di samping itu, coattail effect terhadap partai politik lainnya juga nyaris tidak ada. Di mana partai koalisi PDIP adalah ; PPP, Hanura dan Perindo. Jika melihat data perolehan suaranya, dapat dilihat diketahui berikut ;
1. PPP
– Pemilu 2024 : 5.878.777 suara / 3,87% (tidak lolos Senayan)
– Pemilu 2019 : 6.232.147 suara / 4,52% (lolos Senayan)
2. Perindo
– Pemilu 2024 : 1.955/153 suara / 1,28% (tidak lolos Senayan)
– Pemilu 2019 : 3.738.320 suara / 2,67% (tidak lolos Senayan)
3. Partai Hanura
– Pemilu 2024 : 1.094.588 suara / 0,72% (tidak lolos Senayan)
– Pemilu 2019 : 2.161.507 suara / 1,54% (tidak lolos Senayan)
Dengan data perbandingan perolehan suara Pemilu di atas, maka diketahui, partai politik koalisi PDIP tidak mendapatkan keuntungan, bahkan mengalami kemerotosan hasil Pemilu secara nasional, antara Pemilu 2019 dengan 2024.
“Sejauh ini kita melihat peran besar Hasto sebagai panglima perang PDIP dan koalisi pemenangan Ganjar – Mahfud. Artinya, aktor yang patut dipersalahkan adalah Mas Hasto, sekjen sekaligus feeder data kepada Bu Mega,” ujarnya.
Di sisi lain, analis politik dan kebangsaan asal Malang Raya ini memberikan saran agar Megawati menertibkan Hasto agar tidak membuat statemen yang justru blunder. Terlebih, karakter masyarakat Indonesia tidak suka dengan sikap arogansi yang ditunjukkan oleh politisi. Apalagi pada bulan November nanti, akan ada Pilkada 2024.
“Pasca pencoblosan sampai saat ini, mas Hasto saya lihat banyak membuat statemen yang bisa merugikan PDIP. Mulai dari menghina Mas Gibran, Pak Jokowi tanpa tedeng aling-aling, bahkan masih mengklaim data survei ngawurnya itu ke muka publik,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Habib Syakur menyarankan agar Hasto Kristiyanto mengevaluasi diri dan mengakui kegagalannya dalam memimpin kampanye politik PDIP dan koalisi pemenangan Ganjar-Mahfud.
“Mas Hasto sebaiknya tidak membuat blunder lagi. Publik akan semakin menaruh stigma negatif ke PDIP dan jelas ini merugikan PDIP sebagai organisasi politik besar di Indonesia,” pungkasnya.