HOLOPIS.COM, JAKARTA – TNI mengklaim bahwa mereka sampai saat ini sebenarnya masih terus berupaya tidak melakukan upaya kekerasan dalam penanganan konflik kemanusiaan yang terjadi di Papua.

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Izak Pangemanan kemudian menuduh, biang kerok terjadinya kekerasan hingga pembantaian di Papua justru lebih banyak dilakukan oleh KKB (kelompok kriminal bersenjata).

“Walaupun pendekatan yang kami lakukan demi masyarakat dan masyarakat menerima itu dengan baik, tetapi tetap saja mereka melakukan penyerangan,” kata Izak dalam keterangannya pada Senin (25/3) seperti dikutip Holopis.com.

“Pembunuhan-pembunuhan kepada TNI-Polri, warga sipil yang tidak tahu apa-apa mereka bunuh, bahkan orang asli Papua sekalipun mereka aniaya dan mereka bunuh,” lanjutnya.

Padahal, selama ini Izak mengklaim sudah berusaha agar tidak ada pertumpahan darah serta menghindari terjadinya korban-korban yang tidak perlu.

“Karena sebagaimana kita ketahui bahwa Papua adalah tanah damai, Papua adalah tanah diberkati, tak boleh dilumuri dengan darah, tidak boleh diwarnai dengan kekerasan,” ujarnya..

Izak kemudian mengungkapkan, dari 28 kabupaten dan 1 kota di Papua, terdapat 5 kabupaten yang kerap terjadi gejolak, yaitu Yahukimo, Pegunungan Bintang, Nduga, Intan Jaya, dan Puncak.

“Pada tahun 2023, korban yang meninggal oleh aksi KKB 61 orang, terdiri dari TNI 26 orang, Polri 3 orang, masyarakat sipil 32 orang,” ungkapnya.

Lebih sadisnya, para KKB itu pun membakar sejumlah bangunan umum yang digunakan untuk pendidikan. Tak ayal, banyak masyarakat yang trauma untuk kembali ke Papua dengan kondisi seperti itu.

“Sekolah ada 4 unit yang dibakar. Padalah anak-anak pedalaman membutuhkan sekolah tapi sekarang sekolah-sekolah sudah dibakar. Bahkan di Nduga, guru diperkosa, sehingga sekarang di pedalaman tak ada guru yang mau mengajar,” bebernya.

“Karena situasi seperti ini, siapapun tak ada yang berani datang ke pedalaman karena takut akan ancaman dari KKB yang terus mengancam akan membunuh mereka,” tambahnya.

Izak menambahkan, maraknya kasus kekerasan yang dilakukan KKB pun terbilang masih tinggi dengan korbannya dari sipil dan aparat.

“Pada tahun 2024, korban meninggal oleh aksi KKB sebanyak 7 orang, TNI 2 orang, Polri 3 orang, masyarakat sipil 2 orang. Fasilitas umum, kantor pemerintahan dibakar sebanyak 7 unit,” terangnya.

“Ini yang menjadi tantangan kami dalam penanganan setiap permasalahan di Papua,” imbuhnya.