HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif guna menjaga stabilitas perekonomian nasional dalam menghadapi berbagai risiko ekonomi global, termasuk pelemahan ekonomi Jepang.

“Pemerintah terus memonitoring dampak transmisi perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional, khususnya Jepang,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso seperti dikutip Holopis.com, (18/2).

Sebagaimana diketahui Jepang telah resmi mengalami resesi teknikal. Resesi teknikal ini ditandai melemahnya perekonomian Jepang selama dua kuartal beruntun.

Moegiarso mengatakan, bahwa Jepang merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia. Tercatat, ekspor Indonesia ke Jepang sepanjang tahun 2023 berada pada peringkat ke-4, dengan nilai ekspor mencapai USD 18,8 miliar.

Selain itu Jepang juga menjadi negara asal investasi Indonesia. Tercatat Foreign Direct Investment Jepang ke Indonesia sepanjang tahun 2023 berada pada peringkat ke-4, dengan total sebesar USD 4,63 miliar.

“Indonesia memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan Jepang, seperti pada aspek investasi dan ekspor-impor,” ujarnya.

Guna menjaga ketahanan sektor eksternal yakni neraca dagang, pemerintah telah menerbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 416 Tahun 2023 tentang Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satgas Peningkatan Ekspor Nasional.

Hingga saat ini telah dibentuk 6 Kelompok Kerja (Pokja) dalam satgas yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tersebut. Dimana masing-masing pokja mempunyai tugas dan kewenangannya masing-masing.

Untuk Pokja 1 mempunyai tugas dan wewenang di bidang Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Sumber Daya dan Industri Ekspor, Pokja 2 Bidang Diplomasi, Promosi dan Pengembangan Pasar Ekspor.

Kemudian untuk Pokja 3 Bidang Simplifikasi, Sinkronisasi, dan Integrasi Proses Bisnis dan Layanan Ekspor, Pokja 4 Bidang Pembiayaan Ekspor, Pokja 5 Bidang Peningkatan Ekspor UMKM, dan terakhir Pokja 6 di Bidang Regulasi.

Adapun pada Januari 2024, neraca perdagangan Indonesia masih melanjutkan tren surplus selama 45 bulan berturut-turut sebesar USD 2,02 miliar yang didukung oleh kinerja sektor nonmigas sebesar USD 3,32 miliar. Namun kinerja sektor migas masih menunjukkan defisit sebesar USD 1,30 miliar.

“Untuk itu, masing-masing pokja saat ini tengah menyusun rencana kerja berupa quick win, rencana jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang guna mengatasi hal tersebut,” kata dia.

Selain itu, satgas tersebut juga telah menentukan 12 negara prioritas tujuan ekspor Indonesia yakni Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam.

Adapun produk ekspor prioritas yang ditetapkan mulai dari ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furniture, serta mainan.