HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri pengolahan atau manufaktur mencatatkan kinerja positif hingga mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Menteri Perindustrian (Menperin) RI, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kinerja positif itu terjadi seiring dengan bayang-bayang negatif perekonomian dunia yang mengalami pelemahan di sepanjang 2023.
“Di tengah kondisi perekonomian dunia yang melemah, industri pengolahan tetap tumbuh dan berhasil lepas dari krisis yang terjadi pada 2023. Tentunya ini merupakan kerja keras dan resiliensi sektor industri manufaktur Indonesia,” kata Agus dalam siaran persnya yang dikutip Holopis.com, Minggu (11/2).
Hal ini disebutnya tercermin dalam Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada triwulan IV/2023 yang mencapai 51,20% atau masih berada di zona ekspansi.
Selain itu, kapasitas produksi terpakai pada periode yang sama mencapai 73,91 persen, meningkat dibandingkan Triwulan IV/2022 yang sebesar 71,49 persen.
“Ini menandakan industri pengolahan masih menunjukkan peningkatan aktivitas produksi,” ujarnya.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan IV/2023 industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi perekonomian, yakni sebesar 0,85 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Bahkan, industri pengolahan juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada tahun 2023, yakni sebesar 0,95 persen. Menurutnya, industri pengolahan masih tumbuh stabil, di angka 4,64 persen karena didukung oleh permintaan domestik dan global.
Beberapa subsektor industri yang tumbuh seperti industri logam dasar, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik, industri alat angkutan, industri pengolahan tembakau, serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan, dan reproduksi media rekaman.
“Kemudian, dari sisi peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN), belanja modal pemerintah APBN dan APBD menunjukkan pertumbuhan positif dan menguat dibanding periode sebelumnya, sebesar 26,31 persen (c-to-c),” ujar Agus.