HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Internasional Tanpa Toleransi untuk Mutilasi Alat Kelamin Perempuan atau International Day of Zero Tolerance for Female Genital Mutilation, diperingati pada 6 Februari di setiap tahunnya.
Hari Internasional Tanpa Toleransi untuk Mutilasi Alat Kelamin Perempuan itu sendiri berhubungan langsung dengan kesehatan Wanita.
Lantas, seperti apa sejarahnya? Berikut informasinya :
Sejarah Hari Internasional Tanpa Toleransi untuk Mutilasi Alat Kelamin Perempuan
Dikutip Holopis.com dari Population Reference Bureau (PRB), Selasa (6/2), Hari Internasional Tanpa Toleransi untuk Mutilasi Alat Kelamin Perempuan tersebut bermula mencuat pada 6 Februari 2003 silam.
Pada 6 Februari 2003 tersebut, datang dari Benua Afrika, tepatnya Nigeria melalui Ibu Negaranya bernama Stella Obasanjo, resmi mendeklarasikan ‘Tidak Ada Toleransi Terhadap FGM’.
Hal tersebut dinyatakan Stella Obasanjo dalam sebuah konferensi resmi di Afrika, yang kala itu diselenggarakan Komite Inter-Afrika mengenai Praktik Tradisional yang Mempengaruhi Kesehatan Wanita dan Anak.
FGM itu sendiri berarti Female Genital Mutilation, yang merupakan praktik mutilasi terhadap alat kelamin luar anak perempuan serta perempuan muda yang bukan merupakan faktor medis, melainkan berdasarkan alasan tradisi.
Praktik tersebut jika di Indonesia, dikenal sebagai sunat, dimana praktik tersebut berlaku untuk pria dan wanita.
Penolakan Stella Obasanjo terhadap hal tersebut, kemudian mulai diperingati lah yang namanya Hari Internasional Tanpa Toleransi untuk Mutilasi Alat Kelamin Perempuan.