Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Mahasiswa Universitas Jayabaya, Ridha Furqon Wahyu Ramdhani menyampaikan perspesinya tentang politik identitas.

Ia menyatakan bahwa politik identitas berbeda dengan identitas politik. Ada pemahaman yang sangat berbeda antar keduanya.

“Ada kesalahan perspektif di sini, ada politik identitas dan identitas politik, ini perbedaan yang sangat fundamental,” kata Ridha kepada Holopis.com, Minggu (21/1).

Perbedaannya ada pada sisi makna. Jika identitas politik adalah sebuah identitas yang melekat pada diri seorang yang tengah beraktifitas politik dan sudah menjadi fitrahnya.

Akan tetapi, politik identitas adalah memaksakan identitas-identitas lain untuk melekatkan kepadanya baik dengan paksaan maupun tanpa paksaan.

“Kalau politik identitas itu merupakan seseorang yang dipaksakan oleh identitasnya dia untuk memilih identitas yang lain. Sedangkan kalau identitas politik, dia menetapkan dirinya sendiri sebagai seorang individu memilih atas dasar identitas politiknya dia,” tuturnya.

Bagi Ridha, identitas politik sah-sah saja karena tidak akan memicu mudharat bagi kehidupan sosial. Hanya saja ketika seseorang melakukan politik identitas atay politisasi atas identitas tertentu, maka hal ini tidak disepakatinya. Sebab politik identitas bisa memicu gesekan sosial antar masyarakat.

“Jadi kalau identitas politik itu dari individu, sedangkan politik indentitas adalah dari orang yang akan memilih, yang biasanya akan menyebabkan banyak hal,” terangnya.

Oleh sebab itu, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Jayabaya yang saat ini masih semester 3 (tiga) tersebut pun mengajak masyarakat untuk bijak menggunakan media sosial. Jangan gunakan narasi politik identitas di media sosial yang mana di sana banyak sekali perbedaan identitas masyarakat di Indonesia.

Ia khawatir politisasi identitas akan memicu disintegrasi bangsa, sehingga bisa memicu polarisasi yang besar di kalangan publik.

“Jadi bijaklah dalam menggunakan sosial media,” pungkasnya.