HOLOPIS.COM, JAKARTA – Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro alias Simon memberikan respons atas rencana penyelenggaraan debat Capres yang akan dilakoni pada hari Minggu (7/1) malam nanti.
Dalam debat capres dengan tema ; Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi, Geopolitik, dan Politik Luar Negeri tersebut, ia memberikan harapan agar para peserta debat bisa lebih mengeksplorasi sistem dan strategi pertahanan nasional.
“Yang harus diingat oleh para kandidat bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain,” kata Simon dalam keterangannya kepada Holopis.com, Minggu (7/1).
Ia memaparkan bahwa ketiga pasang calon presiden telah mempublikasikan visi misi mereka terkait tema-tema tersebut. Jika melihat dari visi misi yang ia lihat, secara umum semua menyinggung tentang ide pembangunan kekuatan pertahanan, modernisasi alutsista, soal topik kesejahteraan prajurit TNI hingga soal peningkatan kemampuan mengatasi ancaman siber.
“Secara umum, semua calon sejalan dengan visi pertahanan nasional. Soal komando cadangan, alutsista, sistem pertahanan, dan hubungan sipil-militer,” ujarnya.
Aspek pertahanan nasional ini menurut Simon sangat penting. Namun harus dibarengi dengan penguatan aspek lainnya sehingga sinregitas kekuatan nasional bisa semakin solid.
“Kita, misalnya, boleh saja memperkuat alutsista, namun di sisi yang lain, tanpa penguatan ekonomi, kita hanya mampu bertahan dalam hitungan hari saat ada peperangan,” sambungnya.
Begitu halnya dengan serangan-seragan yang sifatnya non fisik kepada bangsa Indonesia, terutama generasi muda. Rektor Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta itu pun mengatakan bahwa sudut pandang ini jarang sekali menjadi fokus. Misalnya, serangan ideologi ekstremisme yang berpotensi memecah belah bangsa, itu yang harus diantisipasi secara lebih serius.
“Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apa pun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga,” tutur Simon.
Lebih lanjut, Simon mengatakan bahwa pertahanan nasional Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan satu Matra TNI saja. Ia harus dibangun dalam sistem yang terintegrasi lintas Matra baik TNI AD, TNI AU maupun TNI AL. Namun hal itu bukan tidak cukup, sebab soal pertahanan nasional tidak hanya jadi domainnya TNI semata.
“Matra darat, laut, udara, siber dan luar angkasa musti sinergis satu sama lain. Karenanya, para calon dalam debat nanti harus mampu menunjukkan cara pandang dia dalam memperkuat pertahanan lintas Matra ini, termasuk kapasitas, penilaian dan strategi level interoperabilitas lintas Matra kita,” tukasnya.
Baca selengkapnya di halaman kedua.