HOLOPIS.COM, JAKARTA – Perdebatan tentang teknis audio yang dikenakan oleh masing-masing Cawapres dalam debat kedua KPU di JCC Senayan, Jakarta Pusat pada hari Jumat (22/12) lalu masih terjadi.

Hal ini pasca Roy Suryo menyebut bahwa Gibran Rakabuming Raka menggunakan device tambahan, yakni ear feeder yang memungkinkan Cawapres nomor urut 02 tersebut bisa diarahkan oleh pihak eksternal melalui sambungan wireless.

Akhirnya, pihak konsorsium penyelenggaraan debat Cawapres 2024 buka suara. Melalui rilis terbuka yang dibuat oleh mereka dari Transmedia, Kompas TV dan BTV, dijelaskan bahwa tidak melalukan diskriminasi terhadap salah satu Cawapres. Mereka melakukan tindakan yang bersifat equal terhadap ketiganya, baik Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD.

“Konsorsium penyelenggara yang terdiri dari Transmedia, KompasTV dan BTV tidak memberikan keistimewaan/preferensi perlakuan pada calon mana pun,” tulis konsorsium dalam siaran persnya yang dikutip Holopis.com, Selasa (26/12).

Mereka menjelaskan bahwa seluruh detail pelaksanaan debat Cawapres 2024 hari Jumat kemarin sudah melalui persetujuan dan komunikasi aktif dengan KPU sebagai penyelenggara pemilu, dan juga timses masing-masing calon.

“Segala hal-ihwal menyangkut persiapan debat dilaksanakan terbuka di bawah arahan KPU, dengan mengundang semua tim paslon dengan diskusi yang sangat rinci menyangkut materi debat, panelis, desain panggung hingga pengaturan lighting dan bahkan jenis mikrofon yang akan dipakai,” jelasnya.

Tujuan utama dari pematangan dan pemutakhiran teknis adalah untuk memastikan apa yang ingin disampaikan oleh masing-masing Cawapres dalam debat tersebut tersampaikan dengan sebaik mungkin. Baik dari sisi audio maupun visual.

Bahkan tim konsorsium juga mendapatkan perintah dari KPU untuk memastikan bahwa perlakuan terhadap seluruh pihak peserta debat diberikan secara adil, dan tidak ada yang dibeda-bedakan maupun diistimewakan, bahkan hingga persoalan volume, tone suara hingga device audio video.

“Prinsip utama yang dimintakan KPU adalah kesetaraan dan keadilan bagi seluruh peserta, untuk memastikan pesan dalam debat sampai pada publik dengan cara sebaik-baiknya. Ini termasuk jatah waktu penyampaian, jumlah tim pendukung, sampai dengan tone dan volume mikrofon,” terang mereka.

Terkait dengan microphone yang menjadi salah satu bahan perdebatan publik di media sosial juga dijelaskan oleh mereka. Konsorsium memaparkan bahwa masing-masing Cawapres peserta debat dipasangkan 3 (tiga) buah microphone dengan jenis yang sama.

“Ketiga cawapres memakai alat pengeras suara yang sama meliputi 3 lapis devices sekaligus,” paparnya.

Untuk microphone pertama, Konsorsium menggunakan microphone jenis skin tone countryman yang menempel di pipi melalui cantolan telinga dan kabelnya melingkar di belakang leher peserta, serta transmitter bodypack yang dipasang di celana atau pinggang bagian belakang atau saku celana peserta.

Kemudian microphone kedua adalah jenis clip-on bodypack. Alat penangkap suara ini menempel di baju juga dengan transmitter bodypack yang dipasang di celana atau pinggang bagian belakang atau saku celana peserta.

Kemudian microphone ketiga adalah jenis WHM (wireless handheld microphone). Alat ini yang dipegang oleh masing-masing Cawapres, posisinya diletakkan di setiap podium peserta.

Dipaparkan lagi oleh Konsorsium, bahwa pemakaian tiga lapis devices ini juga telah menjadi standar yang makin banyak dipakai penyelenggara siaran live event prominen sebagai bentuk kewaspadaan bilamana terjadi malfungsi alat saat acara berlangsung.

“Dari evaluasi pelaksanaan debat perdana sebelumnya, KPU juga meminta disiapkan antisipasi akses audio berlapis untuk memastikan poblem audio tidak terjadi,” terang mereka lagi.

Konsorsium juga menerangkan bahwa dinamika debat dan mobilitas peserta di atas panggung, bisa saja jadi penyebab malfungsi alat sehingga mikrofon terpasang tak bisa berfungsi normal.

“Keputusan memakai 3 lapis devices sekaligus ditujukan agar tiap lapis alat dapat menjadi cadangan, jika alat yang lain bermasalah,” sambungnya.

Lantas, Konsorsium juga menegaskan bahwa ketiga tim peserta sudah sangat memahami dan menyepakati seluruh detil pengaturan event yang telah didiskusikan berkali-kali secara maraton dengan konsorsium penyelenggara.

Sementara itu, di dalam konteks Debat Cawapres lalu, mengapa penampakan microphone berbeda-beda di setiap Cawapres. Konsorsium memberikan penjelasannya lebih rinci. Salah satunya adalah microphone yang dikenakan oleh Cawapres nomor urut 01, Cak Imin.

“Mic clip-on milik Cawapres 01 sempat lepas beberapa saat, diduga karena Cawapres 01 mengalungkan sarung di leher. Meski demikian, kualitas suara yang tersaji di layar tetap prima, karena tersedia 2 cadangan mic yang langsung menggantikan fungsi clip-on,” terangnya.

Penjelasan Suara “Sudah” Terakhir adalah salah suara “Sudah” yang disebut-sebut adalah suara perempuan dari pengarah Gibran yang keluar dari salah satu ear feeder. Konsorsium pun membantahnya. Mereka menyatakan bahwa suara itu berasal dari moderator debat, yakni Liviana Chrelisa Latief yang sedang berkoordinasi dengan Alfito Deannova yang merupakan mitra moderatornya saat pelaksanaan debat tersebut.

“Kami juga menerima pertanyaan terkait suara ‘udah’ yang diduga merupakan suara perempuan pada menit 2.22.17 menjelang berakhirnya acara,” terang Konsorsium. “Suara tersebut adalah milik moderator debat perempuan Liviana Cherlisa yang sedang berkoordinasi dengan mitra moderatornya, Alfito Deannova,” sambungnya.

Dengan demikian, Konsorsium berharap agar penjelasan yang disampaikan bisa memberikan penerang bagi masyarakat luas yang saat ini tengah meributkan soal microphone yang disebut-sebut memberikan keistimewaan tersendiri kepada salah satu Cawapres.

“Pernyataan ini kami sampaikan sebagai tanggungjawab pelaksana acara untuk memastikan penyelenggara Debat Cawapres telah berlangsung dengan adil, non-diskriminatif dan berkualitas. Misi kami sebagai media dalam Pemilu adalah berkontribusi maksimal pada terpilihnya calon pemimpin terbaik bagi bangsa,” pungkas Konsorsium.