HOLOPIS.COM, JAKARTA – Juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak memberikan penegasan mengapa dirinya menilai bahwa Anies sosok yang jahat dan bengis saat menghadirkan ayah Muhammad Harun Al Rasyid, Didin Wahyudin (50) dalam debat Capres perdana di KPU pada hari Selasa (12/12) lalu.
Alasan pertama, karena Harun Al Rasyid meninggal dunia bukan karena ikut-ikutan mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Pilpres 2019 lalu, sehingga tidak tepat jika kematiannya karena dukung mendukung Pilpres seperti yang disampaikan Anies Baswedan.
“Almarhum Harun berusia 15 tahun, jadi dia tidak mungkin ikut-ikutan Pilpres, dukung mendukung,” kata Dahnil dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Kamis (21/12).
Kemudian alasan kedua adalah, Harun Al Rasyid saat tertembak hingga meninggal dunia bukan dalam konteks dirinya ikut demonstrasi menentang sengketa hasil Pilpres 2019. Karena faktanya, keberadaannya saat itu sedang bermain, bukan ikut unjuk rasa.
“Almarhum tidak ikut demo, tapi menonton keramaian bersama temannya,” lanjutnya.
Alasan ketiga mengapa Dahnil menilai Anies sangat jahat dan bengis, karena dalam kasus kematian Harun Al Rasyid, Partai Gerindra justru yang ikut mengawal kasusnya untuk mencari keadilan atas tewasnya bocah SMP usia 15 tahun itu.
Sementara Anies yang dinilai Dahnil tak pernah melakukan apa pun terhadap kasus itu, justru mendadak muncul membawa ayah Harun untuk melakukan politisasi di depan publik hanya untuk mendegradasi Prabowo Subianto yang menjadi lawan politiknya saat ini.
“Gerindra dan para tokohnya sejak awal sudah mendampingi dan membantu mencari keadilan untuk keluarga Harun, sementara Anies dan Geis ini tak melakukan apa-apa, dan tiba-tiba berbohong di depan publik demi menjatuhkan Pak Prabowo, orang yang telah mengangkat dia dari tempat terbuang,” tegasnya.
Oleh sebab itu, mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah tersebut menyayangkan sikap Anies Baswedan bersama dengan Timnas AMIN menggunakan cara-cara politik yang tidak beradab dengan mempolitisasi kematian Harun Al Rasyid demi sekadar mendulang suara.
“Menyebut anak 15 tahun ikut wafat karena ikut demo dan menyebut sebagai pendukung Prabowo hanya karena ingin menjatuhkan Pak Prabowo, itu terang laku bengis dan jahat. Padahal selama ini tak pernah ikut mencari keadilan, tiba-tiba demi Pilpres dimanfaatkan,” ketusnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Anies Baswedan sengaja membawa Didin Wahyudin di kursi pendukungnya dalam debat Capres perdana di KPU sepekan yang lalu. Di sana, Anies menyebut bahwa Harun Al Rasyid tewas karena ikut protes hasil pemilu 2019.
“Hadir bersama saya di sini, ayahnya Harus Al Rasyid. Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu, protes hasil pemilu. Apa yang terjadi, dia tewas sampai dengan hari ini tidak ada kejelasan,” kata Anies.
Materi ini digunakan Anies untuk mengampanyekan bahwa dirinya akan menegakkan hukum kepada siapa pun yang bersalah demi mengembalikan marwah keadilan.
“Kami mendedikasikan diri hadir untuk memberikan komitmen bahwa dari puncak sampai ke bawah, kami akan tegakkan hukum pada siapa saja, kami kembalikan marwah kehidupan bernegara yang menempatkan hukum sebagai tempat yang paling tinggi,” ujarnya.