HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi memberikan respons atas munculnya rilis survei Roy Morgan terkait dengan data elektabilitas capres-cawapres 2024 terbaru.
“Saya sebenarnya malas menanggapi survei Roy Morgan (RM). Mereka bukan anggota PERSEPI,” kata Burhanuddin dalam keterangannya beberapa waktu lalu yang dikutip Holopis.com.
Ia menilai bahwa data Roy Morgan bisa saja tidak salah, hanya persoalan timing rilisnya yang bermasalah.
“Ada unsur ‘mis(dis)informasi’ terkait tanggal rilis dengan pelaksanaan survei yang sebenarnya, maka saya akan berikan tanggapan atas rilis mereka,” paparnya.
Dijelaskan Burhanuddin, bahwa survei Roy Morgan itu dilakukan pada bulan Juli – September 2023. Yang artinya survei dilakukan sebelum ada pendaftaran Capres-Cawapres apalagi penetapan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum).
“Survei Roy Morgan yang menunjukkan keunggulan GP dilakukan pada Juli-September 2023. Pada saat ini survei-survei, termasuk Indikator GP juga masih unggul tipis dibanding PS. Saya tidak tahu kenapa survei lama tapi baru dirilis ke publik 3 hari lalu,” ujarnya.
Di sisi lain, survei Roy Morgan juga disebut Burhanuddin tidak dilakukan di seluruh provinsi yang ada di Indonesia yang jumlahnya sebanyak 38 provinsi.
“Survei Roy Morgan ini juga tidak dilaksanakan di seluruh Indonesia, namun hanya di 17 provinsi. Mengapa hanya 17 Provinsi saja, saya tidak tahu alasannya,” terangnya.
Survei Roy Morgan
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Roy Morgan Poll, lembaga riset asal Australia yang sudah berdiri selama 80 tahun. Lembaga tersebut dipimpin oleh Michele Levine, seorang sarjana psikologi dari University Pittsburgh, USA.
Berdasrkan rilis mereka yang dikeluarkan pada tanggal 12 Desember 2023, menunjukkan bahwa riset itu dilakukan dengan rentang waktu Juli – September 2023. Sementara pendaftaran Capres-Cawapres oleh KPU dilakukan mulai 19 – 25 Oktober 2023. Artinya, survei dilakukan jauh sebelum pendaftaran pasangan Capres-Cawapres.
“The latest Roy Morgan Poll on 2024 Indonesian Presidential voting intention shows Governor of Central Java province Ganjar Pranowo on 38% (up 10% points since March quarter 2023) is clearly the leading candidate according to surveying conducted in July – September 2023 with 2,630 Indonesian electors aged 17+,” tulis Roy Morgan dalam penjelasan latar belakang surveinya.
Di dalam survei tersebut, mereka hanya menarik sample 3 (tiga) orang kandidat saat itu, yakni ; Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Rasyid Baswedan. Hasilnya, tingkat elektabilitas Ganjar saat itu lebih tinggi dan berada di urutan nomor 1.
Elektabilitas Ganjar Pranowo 38%, sementara Prabowo Subianto 30%, dan Anies Baswedan 25%. Lantas undecided voters sebanyak 7 persen saja.
Dan di dalam rilis mereka, juga diterangkan secara gamblang bahwa jejak pendapat yang dilakukannya itu memang sebelum adanya penetapan pendaftaran pasangan Capres-Cawapres.
“Survei jajak pendapat ini dilakukan sebelum tiga kandidat unggulan resmi mengumumkan pasangan calon wakil presidennya dan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum untuk mengonfirmasi pencalonannya pada akhir Oktober 2023,” tulis Roy Morgan.
@Kompas@BurhanMuhtadi @Dennysiregar7@03__nakula@CNNIndonesia@Anak__Ogi@GunRomli
Apa tanggapan anda dengan ini
PDI-P’s Ganjar (38%) has the edge over Prabowo (30%) and Anies (25%) in three-way Presidential racehttps://t.co/8QvSoWEcVA pic.twitter.com/iVwa786lcM
— HS_86 (@HS_861) December 15, 2023
Hasil Survei Terbaru Indikator Politik
Pada hari Sabtu (9/12), Indikator Politik Indonesia merilis survei yang dilakukan dalam ranteng waktu 23 November – 1 Desember 2023. Dari hasil risetnya, tingkat elektabilitas tertinggi adalah Prabowo Subianto dan memiliki tren kenaikan ketimbang hasil survei periode sebelumnya.
“Pak Prabowo trennya masih naik. Simulasi surat suara, polanya tidak berubah. Pak Prabowo Gibran itu sekarang 45,8%, naik kurang lebih sekitar 5-6 persen dibanding bulan lalu,” kata Burhanuddin.
Kemudian untuk pasangan Capres-Cawapres unggul nomor dua adalah Ganjar Pranowo bersama Mahfud MD. Paslon nomor urut 3 ini memiliki tingkat elektabilitas lebih tinggi ketimbang Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar. Namun kecenderungannya turun jika dibandingkan dengan survei periode sebelumnya.
“Sementara mas Ganjar turun 4-5 persen dibanding bulan lalu. Kemudian mas Anies sedikit turun tapi kurang lebih stabil,” jelasnya.