HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira mengkritisi visi dan misi pasangan capres dan cawapres, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau yang biasa disingkat pasangan AMIN, khususnya terkait lingkungan hidup.

Menurut Bhima, visi misi yang disajikan pasangan capres dan cawapres tersebut tidak sejalan dengan konsep koalisi pengusungnya yang menggaungkan adanya perubahan.

“Saya tuh berharap Amin ini kan mengusung perubahan. Meskipun visi misinya yang paling tebel antara kandidat yang lain, tapi perubahan yang spesifik, perubahan yang lebih fundamental dan berani masih belum terdengar,” katanya dalam acara Greenpress Community, Kamis (9/11) yang dikutip Holopis.com.

Dia menuturkan, bahwa fokus dari pasangan AMIN lebih kepada perubahan iklim. Padahal saat ini bukan lagi waktunya untuk berbicara terkait perubahan, tapi sudah harus berbicara terkait krisis iklim.

Dia pun memberikan contoh kasus yang terjadi akibat krisis iklim. Salah satunya yakni kenaikan harga komoditas beras yang terjadi belakangan ini.

“Jadi krisis iklim ini banyak sekali kerugiannya. Cuma yang saya lihat adalah keberanian untuk melihat secara fundamental, apa masalah yang menyebabkan krisis iklim,” tuturnya.

Bhima pun menyinggung perihal konsep transisi energi yang disajikan pasangan AMIN dalam visi misinya, dimana pasangan ini hanya menjanjikan percepatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara.

“Pak Jokowi itu sudah bebicara soal penutupan PLTU Batu Bara, dimana hanya ada dua PLTU yang akan ditutup. Harusnya dari tim AMIN berani menyampaikan misinya, PLTU mana saja yang akan ditutup,” kata Bhima.

“Jadi kalau hanya percepatan penutupan PLTU batu bara, pak Jokowi lebih konkrit, meskipun cuma dua (PLTU yang akan ditutup),” sambungnya.