Makna Slogan Pro Palestina ‘From the River to the Sea’

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Slogan “From the River to the Sea” populer belakangam ini dan terus digaungkan dalam gerakan solidaritas pro-Palestina, terutama di Eropa hingga Amerika.

Para demonstran membawa bendera Palestina untuk menunjukkan dukungan bagi rakyat wilayah yang terisolir tersebut. Namun, tak jarang ada pula atribut lain seperti tulisan-tulisan maupun gambar yang diasosiasikan dengan Palestina.

Dari salah satu tulisan itu, ada yang paling menonjol yakni tulisan “From the River to the Sea, Palestine will be free”.

Lantas, apa makna From the River to the Sea?

Pada 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk oleh diaspora Palestina di bawah kepemimpinan Yasser Arafat. Saat itu, PLO menyerukan pembentukan satu negara yang membentang dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania, yang mencakup wilayah bersejarah Palestina.

Pembentukan wilayah ini menyusul pembentukan negara Israel pada 1948 silam. Setahun sebelumnya, PBB merencanakan pembagian wilayah itu menjadi negara Yahudi dan negara Palestina.

Namun pada 1948, terjadi pengusiran dan pembantaian etnis terhadap lebih dari 750 ribu warga Palestina dalam insiden “Nakba” atau yang artinya “bencana”.

Dikutip dari Al Jazeera, pengamat Palestina dan Israel menilai slogan “From the River to the Sea, Palestine will be free” mengandung makna yang berbeda, terutama pada istilah “bebas”.

Dosen hukum di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London, Nimer Sultany, mengatakan kata sifat itu mengungkapkan “perlunya kesetaraan bagi semua penduduk Palestina yang bersejarah.”

“Mereka yang mendukung apartheid dan supremasi Yahudi akan menganggap nyanyian egaliter itu tidak pantas,” kata Sultany kepada Al Jazeera dikutip Holopis.com.

Kebebasan di sini mengacu pada fakta bahwa orang-orang Palestina telah ditolak realisasi haknya untuk menentukan nasib mereka sendiri, terutama sejak Inggris memberikan orang-orang Yahudi hak untuk mendirikan tanah air di Palestina melalui Deklarasi Balfour 1917.

“Ini terus menjadi inti masalah: penolakan terus-menerus terhadap warga Palestina untuk hidup dalam kesetaraan, kebebasan, dan martabat seperti orang lain,” tutur Sultany.

Dia juga menilai frasa itu tidak bisa ditafsirkan sebagai anti-Semit. Hal ini terbukti dalam demonstrasi puluhan ribu orang pro-Palestina di London yang diikuti beberapa kelompok Yahudi. Mereka bersama-sama menggaungkan slogan tersebut di bawah guyuran hujan.

“Penting untuk diingat slogan ini dalam bahasa Inggris dan tidak dalam bahasa Arab. Ini digunakan dalam demonstrasi di negara-negara Barat,” ucapnya.

“Kontroversi ini dibuat untuk mencegah solidaritas di Barat dengan orang-orang Palestina.”

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral