HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa PDIP seperti anak yang sedang tantrum karena mainannya direbut orang lain. Hal ini disampaikan untuk menggambarkan bagaimana reaksi PDIP akibat Gibran nyebrang menjadi Cawapres Prabowo Subianto.
“Kalau toh memang PDIP merasa terkhianati, tentu PDIP punya opsi untuk memecat Gibran, Bobby hingga Jokowi. Tapi ini tidak dilakukan malah ngamuk-ngamuk sak karepe dewe,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Minggu (29/10) malam.
Ia pun mengingatkan tentang peristiwa seperti yang dilakukan Budiman Sudjatmiko, dimana PDIP yang sudah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai Capres, lalu ia memilih mendukung Prabowo Subianto, hingga pada akhirnya PDIP mengeluarkan surat pemecatan kepada Budiman dan mengirimkan ke rumah kadernya itu.
“Waktu Budiman, dia tidak mundur, tapi langsung dipecat PDIP, ini kenapa dengan Jokowi cs tidak berani, saya kira PDIP sudah berubah logo jadi walang kekek,” ketusnya.
Lalu, ulama asal Malang Raya itu memberikan pesan penting kepada PDIP agar tidak kembali mengumbar isu 3 (tiga) periode yang sudah usang. Sebab saat ini semua tahapan pemilu sudah berjalan dan tentu tidak relevan lagi digaungkan.
Bagi dia, isu yang dimunculkan oleh Hasto Kristiyanto dan Adian Napitupulu tersebut justru menunjukkan bahwa berapa lemahnya PDIP menyikapi pindahnya Gibran dari partai banteng itu untuk menjadi Cawapres Prabowo.
“Masak baru mengalami manuver anak muda langsung kalang kabut, bukankah PDIP harusnya lebih matang menyikapi dinamika ini,” tukasnya.
Kemudian, ia pun berharap agar PDIP fokus pada pemenangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dengan mengedepankan ide, gagasan atau konsep dan sepak terjang saja. Tidak lagi bermain dengan isu-isu yang justru merugikan mereka sendiri.
“Kan sudah ada pak Mahfud MD dengan segala kelebihannya ketimbang Cawapres lainnya, unggulkan saja itu sambil mengedukasi masyarakat untuk berpikir rasional untuk memilih, itu lebih baik,” tandas Habib Syakur.
Terakhir, ia menilai bahwa perdebatan soal Gibran biarlah menjadi ranah Komisi Pemilihan Umum (KPU), apakah secara legal formil putra sulung Presiden Joko Widodo menenuhi syarat pencalonan atau tidak.
“Kan sudah ada mekanismenya, tinggal ikuti saja. Dan kalau memang legal formil mengiyakan dia maju, ya kita hormati. Karena siapa pun baik Ganjar-Mahfud maupun Prabowo-Gibran adalah sesama anak bangsa terbaik,” pungkasnya.