“Para kyai dan asatidz, siap menangkan ganjar-Mahfud, semua yang hadir hari ini, harus segera bergerak di lingkungan masing-masing untuk memenangkan Ganjar-Mahfud. Semoga niat dan usaha kita untuk memenangkan Ganjar-Mahfud diridai dan selalu dilindungi Allah SWT,” pungkasnya.

Agenda tersebut dihadiri juga oleh Wakil Ketua Umum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Komjen Pol (Purn) Gatot Eddy Pramono. Ia mengatakan bahwa alasan mengapa Ganjar dan Mahfud MD dianggap paling representatif menjalankan pemerintahan ke depan, karena misi besar kedua pasangan Capres-Cawapres tersebut adalah mengarahkan bangsa dan negara menuju Indonesia Emas 2045.

“Indonesia saat ini tengah menyongsong takdir menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik. Bahkan di 2045 nanti, pertumbuhan ekonomi kita disebut sejumlah pakar menjadi yang terbaik keempat di dunia,” terang Gatot.

Sayangnya, untuk mencapai Indonesia yang dicita-citakan itu tak bisa serta merta dilakukan tanpa kinerja yang baik dari pemerintah, dalam konteks memastikan keamanan nasional stabil.

“Untuk mencapai itu, diperlukan stabilitas keamanan, politik, dan ekonomi. Dan ini tugas kita bersama, khususnya para kyai, bunyai, dan para santri untuk menjaganya,” tuturnya.

Selain itu, mantan Wakapolri tersebut mengajak juga para alim ulama dan kalangan santri di seluruh Indonesia khususnya di Kota Depok untuk ikut terlibat aktif agar bangsa Indonesia bisa bersama-sama menuju Indonesia Emas itu.

“Target menuju Indonesia Emas tidak bisa lepas dari peran para kyai, ulama, santri dan bu nyai,” tandasnya.

Lebih lanjut, Komjen Pol (purn) Gatot juga mengimbau juga agar masyarakat Indonesia tetap kondusif. Mereka memang harus mempertahankan keyakinan masing-masing terhadap pilihan politik pribadi, hanya saja jangan sampai pilihan yang sangat mungkin berbeda dengan orang lain justru membuat antar masyarakat bermusuhan dan bertikai.

“Saat ini, kontestasi politik sudah mulai terasa, meski begitu kita jangan ikut panas. Mari kita dinginkan suasana panas ini. Jangan justru ikut membuat suasana tambah panas. Jangan sampai, gara-gara pemilu, kita terpecah belah,” tukasnya.

“Kita dukung Ganjar-Mahfud tanpa menjelek-jelekkan calon lain. Mari fokus kabarkan kelebihan-kelebihan mereka. Dua putra bangsa ini terbukti berintegritas dan tegas melawan korupsi,” lanjut Gatot.

Bagi Gatot, pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD adalah pasangan yang ideal untuk memimpin Indonesia. Sebab, keduanya memiliki semangat dan integritas dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

“Saya dengar sendiri, Pak Ganjar memiliki ketegasan yang luar biasa dalam memberantas korupsi. Track record beliau (Ganjar) bersih. Beliau dari keluarga sederhana. Ganjar-Mahfud adalah pasangan sempurna untuk mengantar Indonesia menuju kejayaannya,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama pula, KH Nurul Huda alias Kiai Enha yang merupakan pengasuh Pesantren Motivasi Indonesia, Bekasi juga berpendapat yang serupa, dimana peran ulama dan kalangan pesantren tidak bisa dilepaskan dalam konteks eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Bisa jadi Indonesia saat itu belum merdeka andai tidak ada resolusi jihad yang dikumandangkan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Tetapi HSN juga perjuangan, yakni perjuangan kaum santri untuk tetap setia membela negeri ini, apa pun yang terjadi nanti,” kata Kiai Enha.

Maka demi menjaga eksistensi itu, pilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak boleh sampai salah. Sosok tersebut harus memiliki integritas dan akseptabilitas terhadap peran alim ulama dan kaum santri menjaga NKRI.

“Bapak dan ibu semua adalah orang baik, dan di pemilu nanti, orang baik hanya akan milih orang baik. Ganjar-Mahfud punya program yang jelas, program yang mudah dipahami dan langsung menyoroti hal-hal krusial yang sedang dihadapi bangsa ini,” ujarnya.

Ditambah lagi menurutnya, Ganjar dan Mahfud memiliki concern dan perhatian khusus kepada anak muda Indonesia agar mereka bisa ikutr berperan di dalam membangun Indonesia ke depan.

“Dengan concern ini, kita siap menyongsong Indonesia emas di 2045. Kita tidak ingin bernasib seperti Brasil, negeri itu mendapat bonus demografi tetapi karena tidak bisa memanfaatkan bonus tersebut, Brasil gagal menjadi negara besar. Karenanya sudah tepat berada di barisan pendukung Ganjar-Mahfud,” tukasnya.