HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengungkapkan bahwa rasa optimisnya untuk menuntaskan target angka prevalensi stunting 14% pada 2024 akan tercapai.
Ia beralasan, tren penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia sejak 2013 hingga saat ini cukup baik.
“Jadi target 14% itu tahun 2024, bukan tahun sekarang, akhir tahun ini 17,8% harapannya. Hari ini angkanya 21,6 persen, tapi sekarang ini Menteri Kesehatan baru melakukan survei yang nanti selesainya bulan November, insya Allah, bulan Desember diumumkan,” ungkap Hasto dalam keterangannya di Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Percepatan Penurunan Stunting 2023, di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (5/10) seperti dikutip Holopis.com.
Pria yang juga didapuk sebagai Ketua Pelaksana Tim Percepatan penurunan Stunting Pusat ini senang sekali ketika apa yang diupayakan dalam rangka penurunan angka stunting di Indonesia cukup membuahkan hasil. Bahkan di era pandemi pun, upaya itu juga mengalami peningkatan.
“Kenapa kita optimis, karena 6 tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 sampai 2019 penurunannya rata-rata 1,3% per tahun, dua tahun terakhir yakni 2019 ke 2021, saat pandemi, penurunannya rata-rata 1,85% per tahun. Kemudian terakhir, dari 2021 ke 2022 turunnya 2,8%,” imbuhnya.
Padahal, menurut Hasto, saat itu Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting belum diimplementasikan secara maksimal.
“Nah tahun 2023 ini pelaksanaannya sudah masif, komitmen yang digerakkan Pak Wapres, Menko PMK untuk mengadakan roadshow [misalnya] itu pelaksanaannya luar biasa, sehingga saya optimis kalau nanti menyentuh 14%,” ujarnya.
Pun demikian, ia mengakui bahwa saat ini masih ada beberapa provinsi yang justru mengalami kenaikan angka prevalensi stunting, padahal secara nasional angkanya terus menurun.
“Jadi dari provinsi-provinsi itu memang ada yang masih ada masalah. Contoh NTB, secara nasional kita sudah turun, tapi NTB dari 2021 ke 2022 ada kenaikan sedikit, Kaltim juga ada kenaikan sedikit, Papua juga ada kenaikan, makanya kita genjot betul provinsi-provinsi prioritas ini, termasuk sebetulnya Sumatera Barat menjadi daerah yang perlu diperhatikan karena penurunannya kurang signifikan,” urainya.
Sebaliknya, sebut Hasto, ada juga provinsi yang penurunan angka prevalensi stuntingnya sangat baik seperti Sumatera Selatan yakni mencapai 6%. Selain itu, menurutnya banyak juga kabupaten/kota yang penurunan angka prevalensinya sangat signifikan seperti Semarang 10% dan Surabaya 15%.
“Jadi gini, sebetulnya kunci mengatasi stunting itu makanan yang mengandung protein hewani, terutama yang mengandung DHA Omega Tiga, seperti telur dan ikan,” tandasnya.
Sebagai informasi, dalam 4 tahun terakhir tercatat angka Prevalensi Stunting Nasional turun sebesar 9,2%, yakni dari 30,8% pada 2018 menjadi 21,6% pada 2022. Sehingga, untuk mencapai target angka prevalensi stunting 14% pada 2024, maka pemerintah harus dapat menurunkan angka prevalensi sebesar 7,6% dalam 2 tahun ke depan.