HOLOPIS.COM, JAKARTA – Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, momentum perayaan setiap tanggal 12 Rabiul awal dalam kalender Hijriyah ini mengingatkan dirinya pada kebaikan dan rasa kemanusiaan yang diteladankan Rasulullah SAW.
“Rasulullah adalah teladan dalam bicara dan bersikap. Rasulullah menjadi contoh dalam kebaikan dan kemanusiaan. Maulid menjadi momentum kita bersama memahami perjalanan hidup, sekaligus belajar dari kebaikan dan rasa kemanusiaan Rasulullah,” ujarnya dalam keterangan pers yang dikutip Holopis.com, Kamis (28/9).
Sangat banyak kebaikan dan sikap kemanusiaan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW semasa hidupnya. Menag mengangkat satu kisah yang tercermin dalam dialog antara Rasulullah SAW dengan istrinya, Siti Khadijah.
Dialog itu terekam dalam hadits Sahih Bukhari yang diriwayatkan dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari Aisyah.
Hadits ini menjelaskan tentang pemulaan turunnya wahyu. Diriwayatkan setelah menerima wahyu pertama di gua Hira’, Nabi Muhammad SAW segera pulang menemui Khadijah binti Khuwailid ra lalu minta diselimuti. Khadijah lalu menyelimuti suaminya, hingga Rasulullah tenang dan bercerita tentang apa yang baru dialaminya (menerima wahyu pertama).
Dalam ceritanya, Rasulullah mengatakan ke Khadijah bahwa dirinya merasa takut atas kejadian yang baru menimpanya. Jawab Khadijah, “Tidak, sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selamanya, karena engkau penyambung silaturahmi, membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan tamu, dan menolong untuk kebenaran.”
“Dialog dalam riwayat ini mencerminkan bahwa Rasulullah bahkan sudah dikenal baik dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi oleh masyarakat Quraisy, sejak sebelum diangkat menjadi utusan Allah SWT. Sehingga, Khadijah bisa menjelaskan hal itu saat berdialog dengan Nabi Muhammad,” lanjut Menag.
Dalam kesempatan ini juga Menag mengajak masyarakat muslim di Indonesia untuk meneladani sosok Nabi Muhammad SAW sebagai panutan yang menuntun umat Islam menuju jalan kebenaran.
“Mari, jadikan momentum Maulid ini antara lain untuk meneladani sosok Nabi yang suka menyambung silaturahmi, membantu yang memerlukan, meringankan orang yang tidak berpunya, memulyakan tamu, serta menolong untuk kebenaran,” ujarnya.
Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi Muhammad SAW selalu dimeriahkan dengan berbagai perayaan dan tradisi. Termasuk menjalani amalan mulia seperti memperbanyak sholawat, dzikir dan melakukan amal kebaikan.