HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Alzheimer Sedunia diperingati setiap tanggal 21 September, yang pertama kali dikenalkan oleh Alzheimer’s Disease International (ADI) yang didirikan pada tahun 1984.
Menurut laman National Today yang dikutip Holopis.com, Rabu (21/9) ADI bertugas mendukung korban dan melakukan penjangkauan untuk mendidik orang dan mempercepat kebijakan terkait.
ADI mulai memperkenalkan Hari Alzheimer Sedunia pada tahun 1994, di Edinburgh selama konferensi tahunan mereka pada tanggal 21 September untuk menandai ulang tahun ke-10 mereka.
Selanjutnya, ADI mengoordinasikan Hari Alzheimer Sedunia dan Bulan Alzheimer Sedunia di seluruh dunia. ADI bekerja sama dengan berbagai organisasi dan asosiasi anggota untuk mengatur acara dan menciptakan kesadaran terkait penyakit Alzheimer dan demensia lainnya.
Sebagai penanda peringatan ini, individu dan organisasi yang peduli dapat berpartisipasi dengan menciptakan kesadaran dan menjangkau asosiasi Alzheimer negara mereka.
Peringatan Hari Alzheimer Sedunia atau World Alzheimer’s Day, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menantang stigma seputar penyakit Alzheimer dan demensia lainnya.
Selain itu, Ini merupakan kesempatan global untuk meningkatkan kesadaran, mendidik, mendorong dukungan terkait Alzheimer dan demensia.
Penyakit Alzheimer
Seperti dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Demensia Alzheimer adalah proses penyakit dengan ketidakmampuan atau hendaya berat fungsi otak (kemampuan kerja otak menurun).
Penyakit ini sering disebut gangguan pikun, yang berlangsung secara progresif yang mengakibatkan gangguan berpikir, mengingat, mental, emosi dan perilaku. Sehingga mengakibatkan aktivitas sehari-hari terganggu. Umumnya yang terkena orang usia lanjut, walau bisa juga pada usia lebih muda.
Tema Hari Alzheimer 2023
Berdasarkan informasi yang dimuat dalam laman resmi Alzheimer’s Disease International (ADI), Tema Bulan Alzheimer Sedunia 2023 adalah ‘Never too early, never too late‘.
Tema tersebut diangkat dengan tujuan untuk menggarisbawahi peran penting dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan mengadopsi langkah-langkah pengurangan risiko proaktif untuk menunda, dan bahkan berpotensi mencegah, timbulnya demensia.
Termasuk strategi pengurangan risiko berkelanjutan untuk individu yang telah menerima diagnosis.
Ada kesadaran yang berkembang bahwa penyakit Alzheimer dan demensia lainnya dapat dimulai bertahun-tahun sebelum gejala, juga kesadaran akan intervensi kesehatan otak seumur hidup dan pilihan yang dapat dibuat.
Dengan jumlah global orang yang hidup dengan demensia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050, tidak pernah ada kebutuhan yang lebih mendesak untuk memahami dan menanggapi faktor-faktor risiko yang terkait dengan kondisi ini.