Deal, Pabrik Baterai EV Raksasa Rp142 Triliun Bakal Berdiri di RI

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia membawa kabar baik perihal kelanjutan megaproyek pabrik baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang digagas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan LG Konsorsium.

Bahlil mengatakan, LG sepakat dan berkomitmen untuk melanjutkan megaproyek senilai US$9,8 Miliar atau Rp142 triliun tersebut, setelah sempat terkendala usai diterbitkannya aturan Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat yang mempengaruhi rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik dunia.

Kepastian proyek yang telah digagas sejak tahun 2019 lalu itu disampaikan Bahlil, setelah melakukan pertemuan dengan Chief Executive Officer (CEO) LG Energy Solution, Young Soo Kwon beberapa waktu lalu.

Dalam hal ini, pemerintah melalui Kementerian Investasi pun mengapresiasi mengapresiasi komitmen LG untuk melanjutkan realisasi investasi ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.

“Kementerian Investasi berkomitmen terus mengawal proses perizinan dan kemudahan investasi LG di Indonesia agar cepat terealisasi dan memberikan manfaat khususnya kedua negara Indonesia dan Korea,” ujar Bahlil dalam keterangan resminya yang dikutip Holopis.com, Kamis (3/8).

Adapun Young Soo Kwon mengungkapkan, bahwa pihaknya kemungkinan akan memulai kontruksi pabrik EV raksasa itu pada tahun ini. Namun hal itu bergantung pada persetujuan dewan direksi masing-masing anggota konsorsium.

“Saat ini LG telah menyelesaikan hal yang tersulit dalam negosiasi antar konsorsium yaitu penentuan pemegang saham di perusahaan patungan di setiap rantai pasok,” tutur Kwon.

“Setelah tercapainya kesepakatan di struktur saham, LG konsorsium yakin negosiasi akan jauh lebih mudah dan menargetkan untuk memulai konstruksi pabrik katoda di tahun 2023,” sambungnya.

Sebagai informasi Sobat Holopis, Megaproyek ini merupakan proyek kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC, yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam dan IBC.

Adapun langkah awal proyek ini dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai di Karawang, dengan total investasi sebesar US$ 1,1 miliar. Nantinya, pabrik tersebut akan memproduksi secara komersial sel baterai sebanyak 10 GWh pada April 2024.

Selanjutnya, investasi megaproyek akan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik smelter, prekursor dan katoda, serta kerja sama pertambangan yang saat ini dimiliki ANTAM di Buli, Halmahera.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral