HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD memberikan edukasi hukum kepada masyarakat melalui panggung hiburan ketoprak.

Dalam pagelaran ketoprak cerita Damarwulan feat Minak Jinggo yang diselenggarakan oleh Badan Perhubungan Daerah Yogyakarta bersama dengan paguyuban warga Kota Jogja dan Keluarga Alumni Gadjah (KAGAMA) Mada Depok tersebut, Mahfud MD menyampaikan bahwa tindak pidana kejahatan tidak bisa dibebaskan begitu saja, sekalipun sudah meminta maaf dan mengembalikan hasil kejahatannya.

“Kamu sudah melakukan satu tindak kejahatan yang tadinya pembunuhan dan itu sudah dilakukan dan kamu tertipu, itu tetap dihukum dengan percobaan pembunuhan,” kata Mahfud MD saat melakonkan romo pandito di Binakarna, Bidakara, Jakarta Selatan pada Jumat (28/7) seperti dikutip Holopis.com.

Hal ini sebagai bagian dari langkah hukum yang bisa diambil untuk memberikan pendidikan hukum kepada para pelaku tindak kejahatan, termasuk calon pelaku tindak pidana kejahatan agar tidak melakukan tindakan serupa, dan bisa merugikan orang lain.

“Tidak bisa kalau sudah ketahuan, kepergok lalu mengakui kesalahan, itu lalu menghilangkan hukuman. Ya tetap (harus) dihukum,” tegasnya.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) sekaligus akademisi jebolan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta tersebut mengatakan, bahwa jangan sampai para pelaku korupsi dan kejahatan percobaan pembunuhan bisa bebas melenggang setelah mengembalikan barang bukti dan mengakui kesalahan. Sebab, harus ada hukum yang diterapkan kepadanya atas fakta hukum tindak pidana kejahatan yang dilakukan.

Selain mengedukasi tentang hukum, Mahfud MD juga mengajarkan bagaimana caranya agar Indonesia menjadi negara besar di kemudian hari. Ada 2 (dua) kunci yang harus dipenuhi tidak hanya sekadar dilakukan pemerintah, namun juga seluruh stakeholder yang ada di negara tersebut.

“Kunci kebesaran negara itu, satu, akhlak generasi muda. Yang kedua, persatuan di dalam perbedaan,” terangnya.

Persatuan dalam perbedaan ini penting, karena Nusantara ada karena banyaknya sekali perbedaan, baik suku, agama, ras dan antar golongan. Semua perbedaan itu harus bersatu dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, dengan tidak meninggalkan ciri khas masing-masing.

“Justru perbedaan itu adalah modal sosial untuk maju sekaligus modal politik untuk memperkuat negara,” tegasnya.

Terakhir, tokoh nasional asal Pamekasan Madura tersebut mengajak semua masyarakat Indonesia dan seluruh stakeholder negara untuk bersama-sama memastikan Indonesia menjadi negara yang dicita-citakan.

“Kita bangun negara ini menjadi negara ‘Majapahit’ yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” pungkasnya.