HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mengklaim angka serangan teroris selama beberapa tahun terakhir makin melandai.
Kepala BNPT, Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan, penurunan itu terjadi karena tren pencegahan serangan teroris semakin dimasifkan.
“Upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan menunjukkan tren positif dengan menurunnya angka serangan teror dari tahun ke tahun di Indonesia,” kata Rycko dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (9/7).
Rycko juga sesumbar, seusai terbentuknya BNPT yang lahir dari amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 46 Tahun 2010, serangan teroris juga semakin menurun.
“Sebelum BNPT RI hadir, sejumlah aksi teror menggemparkan meletus dengan skala yang lebih masif baik dari segi fatalitas dan objek vital sasaran serangan pelaku terutama dalam kurun 2000-2010,” klaimnya.
Dia pun merinci aksi teror yang sempat terjadi, di antaranya bom Kedutaan Besar Malaysia, bom Bursa Efek Jakarta, bom Natal 2000, bom Bali I dan II, bom McDonald Makassar, bom Bandara Soekarno-Hatta, bom Hotel JW Marriot I dan II. Lalu diikuti bom Kedutaan Besar Australia, bom Pasar Tetena Poso, serta beberapa aksi serangan bom skala besar lainnya.
Adapun jumlah keseluruhan serangan teror selama periode 2018-2022 berdasarkan I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook adalah 49 kali.
Di sisi lain, jumlah pelaku terorisme (tipidter) yang ditindak dari tahun 2000 hingga akhir tahun 2015 mencapai total 1.143 orang.
Penurunan itu pun dibeberkan Rycko adalah hasil dari kesiapsiagaan yang dibagi mulai dari kondisi siaga seluruh elemen masyarakat dari ancaman aksi terorisme dan bahaya paham radikal terorisme. Dalam hal ini termasuk tindakan pencegahan yang efektif, penggagalan rencana serangan, dan penangkapan anggota kelompok teroris yang berpotensi berbahaya.
Menurutnya, ketiga upaya tersebut terbukti mampu meningkatkan kesiapsiagaan nasional BNPT.
“BNPT mengupayakan berbagai cara dalam meningkatkan kesiapsiagaan nasional mulai kerja sama dan koordinasi dengan lembaga keamanan intelijen, peningkatan kapasitas personel, pelibatan semua pihak termasuk masyarakat melalui sinergi pentaheliks,” ujarnya.