HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI), Ahmad Marzuki Toekan memberikan reaksi terhadap adanya aksi pembakaran dan penghinaan terhadap kitab suci Alquran yang berlangsung di Salwan Momika di kawasan Stockholm, Swedia pada hari Rabu (28/6), atau bertepatan dengan perayaan Hari Raya Iduladha 1444 H di Arab Saudi.

Dalam statemen terbuka, Toekan menyatakan kecamannya terhadap apa yang dilakukan oleh imigran asal Iraq tersebut. Sebab, perbuatan tersebut sudah masuk ke dalam kategori penodaan dan penghinaan terhadap agama Islam.

“Kami mengutuk keras tindakan pembakaran Al Qur’an,” kata Ahmad Marzuki Toekan kepada Holopis.com, Senin (3/7).

Toekan juga mengatakan bahwa dalam perspektif Indonesia, tentu apa yang dilakukan oleh Salwan sangat melukai hati umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan tak mudah termaafkan.

“Itu tindakan yang tidak beradab, tidak berketuhanan, menodai agama dan juga Pancasila,” tegasnya.

Salwan Momika
Imigran Iraq, Salwan Momika saat membakar Alquran di Stockholm.

Atas dasar itu, Toekan pun mendorong agar Presiden Joko Widodo ikut memberikan reaksi keras terhadap tindakan yang dilakukan oleh Salwan Momika. Salah satunya adalah dengan mengevaluasi hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Swedia.

Terlebih kabarnya, aksi tersebut sudah mendapatkan izin dari otoritas pemerintah di Stockholm. Apalagi kata Toekan, aksi penghinaan terhadap umat Islam tersebut tidak hanya terjadi sekali di Stockholm. Sebelumnya ada politikus ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan yang melakukan pembakaran terhadap mushaf Alquran di depan Kedubes Turki di Stockholm pada tanggal 21 Januari 2023 lalu.

“Sebagai bangsa yang beradab dan menjunjung tinggi Pancasila, kami minta Presiden putuskan hubungan diplomatik Swedia, dan usir Dubes Swedia, karena ini kejadian pembakaran Al Qur’an bukan hanya sekali,” tandasnya.

Lanjut Toekan, dirinya pun akan melakukan konsolidasi untuk melakukan aksi unjuk rasa depan kantor Kedutaan Besar Swedia di Menara Rajawali kawasan Mega Kuningan dan Istana Presiden Jakarta Pusat.

“Jika Kedubes Swedia tidak diusir, organisasi kami akan unjuk rasa di depan Kedubes Swedia dan Istana Presiden,” pungkasnya.