Dalam tes sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa brainageR dapat secara akurat memprediksi usia dalam waktu sekitar empat tahun. Dalam studi baru mereka, para peneliti menemukan bahwa, untuk kelompok yang tidak tidur selama satu malam, brainageR memperkirakan bahwa mereka rata-rata satu hingga dua tahun lebih tua. Perbedaan ini menghilang setelah malam pemulihan tidur.
Kelompok kurang tidur parsial dan kronis tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam prediksi usia mereka, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil ini cocok dengan penelitian sebelumnya tentang efek kurang tidur pada otak. Ada bukti bahwa beberapa jenis perubahan terjadi di otak orang yang kurang tidur, termasuk perubahan distribusi cairan dan volume materi abu-abu. “Perubahan luas dalam morfologi otak ini ditangkap MRI dengan metode usia otak ini juga,” studi penulis senior Dr. David Elmenhorst, seorang profesor di Institute of Neuroscience and Medicine di lembaga penelitian Forschungszentrum Jülich di Jerman.
Hasil penelitian ini memang bukan sebagai penuaan yang sebenarnya melainkan sebagai perubahan yang ditafsirkan oleh algoritma mesin sebagai penuaan.
Sayangnya karena studi hanya menemukan efek pada kelompok kurang tidur selama lima hari, sulit mengatakan bagaimana kondisinya pada kehidupan nyata.
Penelitian ini memang tergolong kecil. Elmenhorst mengatakan penelitian lebih lanjut denegan jumlah sampel yang lebih besar harus dilakukan untuk melihat efek yang mungkin lebih besar terlihat.
Penelitian lebih lanjut bahkan bisa melibatkan orang yang memang mengidap masalah tidur kronis. Misalnya saja mereka yang bekerja dengan sistem shift. “Banyak orang yang benar-benar sulit tidur di siang hari, dan mereka malah terjaga di malam hari,” kata Carroll. Merekalah yang harus mendapat perhatian lebih agar bisa hidup lebih sehat.