HOLOPIS.COM, JAKARTA – Otak manusia bisa menua layaknya proses penuaan selama beberapa tahun, meski hanya satu malam begadang. Demikian hasil sebuah penelitian kecil dikutip dari situs Livescience beberapa waktu lalu.
Masalahnya tak sekadar kantong mata menggembung yang merusak penampilan. “Bila berlangsung jangka panjang, kurang tidur dapat memicu munculnya berbagai tanda penuaan dini, seperti keriput, garis halus, atau kerutan di sekitar mata,” kata dr. Sienny Agustin, seperti dikutip Holopis.com dari Alodokter, Rabu (1/3).
Tapi ternyata efek kurang tidur bisa sampai perubahan struktur di otak saat tubuh dipaksa terjaga saat mestinya sudah terlelap. Perubahan struktur otak ini dipahami para ahli mirip dengan yang terjadi pada proses penuaan selama satu atau dua tahun. Untungnya proses ini bisa dikembalikan lagi dengan memenuhi kebutuhan tidur semalaman.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang dihubungkan dengan mesin berbasis algoritma untuk membaca proses “penuaan di otak” pada orang dengan tidur normal.
Hasilnya lalu dibandingkan dengan orang yang kurang tidur karena begadang. Juga dengan orang yang begadang dan langsung membayar kekurangan tidurnya dengan tidur yang berkualitas.
Hasil penelitian dipublikasikan 20 Februari lalu di Journal of Neuroscience. “Proses penuaan otak sangat menarik untuk diamati dan diukur, dan melihat bagaimana efek dari kekurangan waktu tidur,” kata Judith Carroll, associate profesor ilmu psikiatri dan biobehavioral di Univesity of California, Los Angeles yang tidak terkait dengan penelitian ini.
Subjek penelitian sejumlah 134 orang dibagi lima kelompok. Kelompok pertama adalah orang yang sama sekali tak tidur semalaman, kelompok kedua hanya tidur 3 jam saja, kelompok ketika adalah orang dnegan kekurangan tidur kronis dengan hanya lima jam tidur setiap malam selama lima malam berturut-turut.
Kelompok terakhir dijadikan kelompok kontrol yang memenuhi waktu tidur cukup delapan jam semalaman. Sebelum penelitian dimulai setiap subjek diberikan kesempatan puas tidur 8 jam dalam semalaman. Demikian pula di akhir masa penelitian, semua subjek diminta tidur cukup 8 jam semalaman.
Pemeriksaan MRI yang dilakukan setiap malam selama masa penelitian. Peneliti akan melihat perubahan sebelum, selama dan setelah masa kekurangan tidur. Para peneliti menentukan usia otak peserta menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang disebut brainageR, yang dilatih berdasarkan data dari lebih dari 3.000 orang.
Algoritma yang tersedia untuk umum memprediksi usia kronologis seseorang dari MRI otak mereka berdasarkan seberapa sehat otak biasanya terlihat pada usia tertentu, dalam hal volume jaringan dan cairannya.