“Battery electric vehicle (BEV) itu adalah salah satu alternatif teknologi masa depan. Jangan lupa, kita juga punya alternatif lain seperti hybrid. Kalau harganya sudah bisa dijangkau konsumen lebih banyak, daya jelajahnya semakin baik, nanti secara alamiah kita harapkan akan tumbuh (permintaan), juga dengan infrastrukturnya,” ujar Kukuh.
“Kita juga tahu bahwa raw material kendaraaan listrik ada di sini. Kita harap nikel dan lain sebagainya bisa dikelola di sini (lokal Indonesia) sehingga di 2024 siap diproduksi, dipergunakan untuk kendaraan-kendaraan (listrik) buatan Indonesia,” sambungnya.
Infrastruktur Kunci Utama Kendaraan Listrik
Kunci utama untuk penggunaan mobil listrik adalah harus tersedia terlebih dahulu fasilitas pendukung mobil listrik, seperti stasiun pengisian daya, seperi dikutip Holopis.com dari laman Gaikindo.or.id, Minggu (30/10).
Seperti di Jepang, sebelum mengaplikasikan penggunaan mobil listrik mereka mempersiapkan fasilitas pendukung mobil listrik terlebih dahulu.
Pemerintah melibatkan sejumlah instansi dan perguruan tinggi serta memberikan insentif untuk merealisasikan produksi mobil listrik nasional. Target produksi mobil listrik itu sendiri terdiri dari tiga jenis kendaraan, yakni angkutan umum atau bus, angkutan barang, dan city car atau mobil perkotaan.
Produksi mobil listrik diutamakan berupa city car, bus belum bisa diproduksi massal karena kendala pada sistem baterai yang masih terbatas. Selain itu produsen mobil listrik juga harus siap purnajual dan persyaratan lainnya.
Mengenai infrastruktur stasiun pengisian daya, PLN menyatakan kesanggupan untuk membangun infrastruktur dan menyediakan pasokan listrik untuk mobil listrik. Dimana PLN sudah berpengalaman menyediakan fasilitas kelistrikan untuk transportasi massal kereta listrik.
Isu utama permasalahan adalah adanya dua standarisasi alat pengisi daya yaitu Jepang dan Eropa. Standar ini yang akan dipakai untuk menentukan mobil di Indonesia.