Dampak Kesehatan Kualitas Udara Buruk di Jakara
Dokter Spesialis Paru dari Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – Pusat Respirasi Nasional RS Persahabatan Jakarta, dr Efriadi Ismail, Sp.P (K), mengatakan polusi udara sangat berdampak pada kesehatan manusia.
Komponen polutan seperti PM2.5, ozon, sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan sebagainya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup beragam mulai dari akut hingga efek jangka panjang.
Adapun efek akut dari polusi udara, menurut Efriadi merupakan dampak yang terjadi secara langsung terutama pada kesehatan paru-paru, pernapasan, dan juga organ-organ lain. “Ada iritasi di mata misalnya, mata merah. Kemudian hidungnya berair, bersin, terjadi juga ada iritasi di saluran pernapasan atas. Saluran pernapasan atas mulai dari hidung sampai kalau di laki-laki sampai ke jakun kira-kira,” terang Efriad.
“Sampai bisa juga ada iritasi zat-zat polutan tadi ke saluran napas bagian bawah, sehingga terjadi peradangan kadang disertai nyeri tenggorokan, batuk, dan ada dahak biasanya,” lanjutnya.
Selain itu, polusi udara juga berisiko memperparah kondisi seseorang yang sebelumnya telah memiliki infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, atau mereka yang memiliki asma, penyakit jantung dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).
PM2.5 sendiri merupakan kumpulan dari beberapa zat-zat yang ukurannya sangat kecil yakni sekitar 30 kali lebih kecil dari sehelai rambut. Zat ini bisa masuk ke paru-paru, bahkan ke pembuluh darah.
“Sehingga bukan hanya paru, pada orang-orang dengan kerentanan penyakit jantung bisa saja mengalami serangan jantung. Kemudian ada yang namanya gas CO, gas CO bisa menimbulkan keracunan yang bersifat toksik dan mematikan,” papar dr Efriadi.
Seperti dikatakan dr Efriadi paparan kualitas yang buruk juga menimbulkan efek jangka panjang pada kesehatan, termasuk gangguan fungsi paru-paru yang menurun secara drastis. Pada orang-orang tertentu, hal itu akan membuat mudah merasa sesak.
Terlalu lama menghirup polusi atau tinggal di daerah dengan polusi udara yang buruk terkadang menyebabkan penyempitan di saluran napas, disertai dengan bunyi ‘ngik’ ketika sedang bernapas.
“Kemudian juga (risiko) penyakit di luar paru seperti jantung dan penyakit pembuluh darah, juga risiko terkena kanker paru bertambah walaupun faktor risiko kanker paru banyak. Terutama asap rokok ditambah dengan zat-zat polusi,” ujar Efriadi.
Akibat kualitas udara yang buruk, dr Efriadi mengungkapkan ada beberapa kelompok yang paling rentan dengan masalah polusi udara, salah satunya balita atau anak-anak di bawah dua tahun.
“Ini orang-orang yang rentan terhadap polusi udara ini. Kenapa saya bilang bayi atau anak balita lebih rentan dengan polusi udara? Ini terkait dengan kondisi perkembangan parunya masih belum sempurna,” ucapnya.
Pasalnya, jaringan paru hingga cabang-cabang paru pada anak-anak masih kecil, terlebih sistem imunnya pun belum sebaik orang dewasa. Itulah sebabnya ketika zat-zat polusi udara masuk, dapat menimbulkan iritasi. Iritasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan peradangan seperti batuk dan pilek.