HOLOPIS.COM, JAKARTA – DKI Jakarta dinobatkan sebagai daerah dengan kualitas udara terburuk pertama di dunia pada Juni 2022 yang lalu Hasil temuan itu dipublikasikan oleh situs IQ Air yang mengoperasikan informasi kualitas udara real-time gratis terbesar di dunia pada 15 Juni 2022 lalu. Indeks kualitas udara di DKI Jakarta mencapai angka 185 AQI US pukul 10.00 WIB yang menyebabkan masuk ke dalam kategori merah atau tidak sehat.
Pada saat publikasi mengenai kualitas udara Jakarta buruk, bahkan peringkat pertama sebagai daerah dengan kualitas udara terburuk di dunia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun mengeluarkan data catatan mengenai kualitas udara di Jakarta tersebut. Tercatat sejak tanggal 15 Juni 2022, konsentrasi PM2.5 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 µg/m3 (mikrogram per meter kubik).
Menurunnya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh kombinasi antara sumber emisi dari kontributor polusi udara dan faktor meteorologi yang kondusif untuk menyebabkan terakumulasinya konsentrasi PM2.5.
Berdasarkan Perban Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Penyebaran Informasi Kualitas Udara yang mengatur terkait pewarnaan dan rentang konsentrasi per jam PM2.5, yaitu rentang nilai 0 – 15 µg/m3 dengan kategori Baik, 16 – 65 µg/m3 dengan kategori Sedang, 66 – 150 µg/m3 dengan kategori Tidak Sehat, 151 – 250 µg/m3 dengan kategori Sangat Tidak Sehat dan >250 µg/m3 dengan kategori Berbahaya.
Berdasarkan PP RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai baku mutu udara ambien untuk PM2.5 dalam waktu pengukuran 24 jam sebesar 65 µg/m3 kemudian diperketat dengan PP RI No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, nilai baku mutu udara ambien PM2.5 selama 24 jam yaitu sebesar 55 µg/m3. Hasil pantauan konsentrasi PM2.5 di BMKG Kemayoran Jakarta menunjukkan bahwa sepanjang bulan Juni 2022 ini konsentrasi rata-rata PM2.5 berada pada level 49.07 µg/m3.
Konsentrasi PM2.5 memperlihatkan pola diurnal yang mengindikasikan perbedaan pola antara siang dan malam hari. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta, cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi dan menurun di siang hingga sore hari.
Khusus pada beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 µg/m3 pada tanggal 15 Juni 2022.
Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Alberth Nahas mengatakan, konsentrasi PM2.5 di Jakarta menjadi yang tertinggi di dunia pada saat itu memang sudah ada trennya.
“Jadi apa yang terjadi kemarin itu (kualitas udara Jakarta terburuk di dunia), memang sudah ada tren selama beberapa tahun terakhir. Ada siklus di sekitar pertengahan tahunnya konsentrasi PM2.5 ada lonjakan,” kata Alberth.
Ia menjelaskan, data tren lonjakan konsentrasi partikulat PM2.5 itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan selalu pada setiap pertengahan tahun sekitar bulan Mei, Juni dan Juli.
“Pola siklusnya kita sudah ekspektasi kalau trennya tinggi,” ujarnya.
Namun, ia menambahkan bahwa meningkatnya konsentrasi PM2.5 ini juta memang dipengaruhi oleh faktor kondisi cuaca.
“Kondisi ini terjadi karena 2 faktor, siklus dan kondisi-kondisi tertentu yakni konsentrasi lebih meningkat lagi sebagai dampak kondisi cuaca,” tambahnya.
Selain itu, kualitas udara Jakarta juga dipengaruhi oleh beberapa pengaruh dari pabrik ataupun industri penghasil limbah yang ada di daerah-daerah perbatasan di sekitarnya.