Berita Holopis Dari penelusuran berbagai pihak, kebanyakan remaja “SCBD” adalah anak-anak putus sekolah akibat faktor ekonomi keluarga. Di sisi lain, fenomena Citayam Fashion Week mampu memberikan mereka panggung eksistensi sekaligus cuan. Alhasil, para remaja itu menganggap pendidikan bukan hal prioritas untuk mereka bisa bekerja dan meraup rezeki di masa depan.

Sosiolog UI menilai kepopuleran Jeje, Bonge, dan lainnya bisa menjadi “rujukan” yang kurang baik, ketika berkembang anggapan, dengan putus sekolah mereka tetap bisa meraih sukses. Kondisi tersebut dianggap mengkhawatirkan, karena bagaimanapun sumber daya manusia berkualitas menjadi modalitas eksistensi bangsa dan negara di era digital.

Tak hanya itu, Sosiolog menilai bonus demografi Tanah Air bisa terancam, mengingat struktur populasi ke depan adalah usia muda. Untuk itu, dibutuhkan rekognisi keberadaan bocah “SCBD” sebagai kelompok anak-anak kreatif.

“Mereka harus didampingi, diperkuat kompetensinya melalui pendidikan-pendidikan vokasi, khususnya fesyen, content creator, IT dan lainnya. Artinya, pasca tren “SCBD” mereka tetap bisa eksis, produktif dan positif,” ujarnya.

Fenomena Urban jadi Rebutan Cari Cuan

Fenomena Citayam Fashion Week yang awalnya hanya fenomena urban menjadi rebutan hak merek. Perusahaan milik artis Baim Wong, PT Tiger Wong Entertainment dan Indigo Aditya Nugroho sama-sama mendaftarkan nama tersebut ke Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI) Kemenkumham.

Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure, Yuswohady mengatakan viralnya Citayam Fashion Week berjalan secara natural. Jika dipatenkan oleh pihak tertentu seperti Baim Wong, dia tidak yakin apakah setelah itu fenomenanya akan ramai lagi.

“Citayam Fashion Week yang berlangsung sekarang sampai heboh terjadi secara natural, autentik. Terus kalau dikomersialkan, dibikin event-nya, apakah bisa seperti sekarang? Saya nggak yakin karena sudah nggak orisinil lagi,” kata Yuswohady, Senin (25/7).

Lagi pula tren remaja berkumpul di Dukuh Atas sambil mengekspresikan diri lewat ‘Citayam Fashion Week’ memang dipastikan tidak akan bertahan lama. Yuswohady mengkategorikan ini sebagai budaya populer yang datang dan pergi.

Citayam Fashion Week
Kegiatan remaja dalam Citayam Fashion Week di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta Selatan.

“Saya pastikan 100% trennya akan sementara. Jadi sesuatu yang heboh luar biasa dan ini menurut saya nggak wajar ya. Sesuatu kalau sudah hype, semakin cepat hype maka pudarnya juga semakin cepat,” ujarnya.

Sementara itu, alasan baim wong terkai dengan didaftarkanya Citayam Fashion Week sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah ingin menjadikan tren ini legal dan besar.

“Citayam Fashion Week ini bukan milik saya, ini milik mereka semua, ini milik Indonesia. Saya hanyalah orang yang punya visi menjadikan Citayam Fashion Week sebagai ajang untuk membuat tren ini menjadi wadah yang legal dan enggak musiman. Dan yang paling penting, bisa memajukan fashion Indonesia di mata dunia,” ujar Baim Wong dalam akun Instagramnya.

Menyikapi Pro Kontra dikalangan masyarakat, Baim Wong akhirnya melepas Citayam Fashion Week setelah keputusannya mendaftarkan aktivitas fesyen jalanan ke HAKI menuai pro dan kontra. Lewat channel YouTube Baim Paula, ia pun memberikan klarifikasi terkait itikadnya yang membuat heboh tersebut.