HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tidak jarang LGBT menuai berbagai penolakan dari banyak masyarakat. Inilah yang membuat kaum LGBT sering merasa dibedakan dan terasingkan.
Bahkan di dalam sebuah survei yang dirilis oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), sering kali kaum LGBT dikait-kaitkan dengan faktor agama.
“Perbedaan agama memiliki hubungan yang signifikan dengan menerima atau tidak menerima LGBT. Faktor yang paling penting menerima atau tidak menerima LGBT adalah agama,” kata peneliti SMRC, Prof. Saiful Mujani dalam keterangannya yang diterima wartawan, Kamis (30/6).
Dijelaskan kembali, dari hasil survei SMRC menunjukkan bahwa ada 68 persen publik keberatan bertetangga dengan orang yang berlatar belakang LGBT. Selain itu, terdapat 77 persen publik keberatan orang yang berlatar belakang LGBT menjadi guru di sekolah negeri, dan 78 persen menjadi pejabat pemerintah.
Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai adanya LGBT di sekitar mereka. Bahkan diterangkan oleh Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, bahwa efek samping dari kurang pahamnya masyarakat tersebut mengakibatkan munculnya banyak sentimen negatif yang akan merenggut hak-hak kaum LGBT.
“Itu tantangan. Dan saya kira ini akan menjadi masalah yang lebih serius ke depan,” pungkasnya.
Survei ini, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), dilakukan di Indonesia pada 10-17 Mei 2022. Dari populasi tersebut dipilih secara random (stratified multistage random sampling) sebanyak 1.220 responden dengan response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87% dan dianalisis.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan kurang lebih 3,07% pada tingkat kepercayaan (asumsi simple random sampling).