Pemulihan ekonomi pada 2022 diproyeksi tak akan semulus yang diharapkan
2022 Masih dihantui oleh ancaman inflasi dan kesenjangan pertumbuhan yang semakin menggerus negara miskin. Dana Moneter Internasional (IMF) mengaku masih khawatir perekonomian global kehilangan momentum gegara resesi akibat pandemi Covid-19 yang sangat kuat pada tahun lalu.
Belum lama ini, Managing Director IMF Kristalina Georgieva merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 seiring dengan peningkatan kasus strain baru omicron.
Sebelumnya, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,9 persen pada 2022, lebih kecil dari 2021 yang diproyeksikan tumbuh 5,9. Badan pendanaan yang berbasis di Washington, D.C., ini mengkhawatirkan sejumlah ancaman seperti penyebaran varian Covid-19 yakni delta, inflasi, serta kenaikan harga pangan dan bahan bakar.
Akibatnya, negara yang berpenghasilan rendah semakin tergerus akibat akses vaksin yang masih terbatas.
“Sepertinya kami akan melihat penurunan pada proyeksi [yang dirilis] Oktober untuk pertumbuhan global. [Strain virus corona yang baru] sangat cepat bisa mengurangi kepercayaan diri global,” kata Georgiva.
Salah satu yang paling dikhawatirkan ekonom dunia adalah kenaikan harga bahan bakar yang tercermin pada proyeksi inflasi hingga 2 persen pada pertengahan 2022 setelah puncak akhir bulan pada tahun ini. Bahkan untuk negara berkembang kenaikan harga konsumen bakal mencapai 4,9 persen pada tahun depan, menurun dibandingkan 2021 yang mencapai 5,5 persen.
Bank Dunia (World Bank) menyoroti kesenjangan pemulihan ekonomi antara negara maju dan berkembang. Lembaga keuangan yang berbasis di Wasington, D.C., ini mengharapkan sekitar 90 persen negara maju dapat kembali ke tingkat pendapatan per kapita sebelum pandemi pada 2022, hanya sekitar sepertiga dari negara berkembang dan negara miskin. Akibatnya, mengejar pendapatan per kapita dengan ekonomi negara maju diperkirakan akan melambat atau bahkan berbalik arah di banyak negara miskin.
Pemulihan diperkirakan akan berlanjut hingga 2022, dengan pertumbuhan global moderat menjadi 4,3 persen. Namun, PDB global diperkirakan akan tetap hampir 2 persen di bawah proyeksi pra-pandemi. Kendati optimisme dunia masih terombang-ambing, lembaga think tank di London, Centre for Economics and Business Research (CEBR), memprediksi PDB dunia akan mencapai US$100 triliun pada 2022, dua tahun lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya yang didukung oleh pemulihan pandemi.