Berita Holopis Perang Rusia-Ukraina dan Inflasi Tinggi, Ekonomi RI 2022 Diprediksi Akan 5%

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan perang Rusia-Ukraina yang masih terjadi terus berdampak terhadap harga komoditas dunia. Bahkan ini juga menyebabkan kenaikan inflasi global.

“Kenaikan berbagai komoditas utamanya pangan maupun energi sebagai dampak dari geopolitik Rusia dan Ukraina yang transmisinya ke Indonesia dalam bentuk kenaikan harga komoditas dan kenaikan inflasi,” kata dia.

Ia membeberkan sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan yakni gas alam, batu bara, minyak mentah, Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit, hingga komoditas gandum.
“Kita ketahui berbagai komoditas gas alam naik, batu bara di harga USD 258 (per ton), (minyak) Brent sudah di atas seratus (USD 100 per barel), CPO di USD 1500 (per ton) dan gandum di 1000,” kata Airlangga.

“Dan kita ketahui Rusia produsen gandum dan minyak nabati yang besar, sehingga berbagai harga food price dari FAO juga secara global angka di atas indeks 140 dan komoditas vegetable oil juga meningkat indeksnya lebih dari 200,” imbuh Airlangga.

Rusia dan Ukraina merupakan dua dari banyak negara yang telah menjadi mitra dagang Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke Ukraina dan Rusia masing-masing sebesar US$ 1,49 miliar dan US$ 416,99 juta selama tahun lalu. Total nilai ekspor keduanya mencapai US$ 1,91 miliar. Angka ini relatif kecil, jika dibanding total ekspor Indonesia ke seluruh mitra dagang di dunia.

Keberlangsungan perang di Ukraina secara tidak langsung memberikan dampak terhadap inflasi. Ditambah dengan adanya kenaikan tarif PPN dan cukai rokok, melalui analisa terlihat inflasi dapat melejit hingga 4%. Harga minyak dunia kini menembus US$ 425,65/ton di pasar ICE (Newcastle). Nikel pun melonjak hingga 250% dalam dua hari berturut-turut mencapai di atas US$ 100.000 per ton.

Selain itu, sederet harga komoditas pangan juga mengalami kenaikan, khususnya gandum. Inflasi Indonesia diprediksi awal dengan rata-rata 2,4%. Tahun ini kemungkinan besar dapat melonjak hingga 4%. Lonjakan harga di taraf dunia tentu akan berpengaruh pula pada kondisi dalam negeri. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan kontrol dan pengawasan terkait perubahan harga di taraf dunia.

Analis Ekonomi Universitas Bung Karno mengatakan dilihat dari sumber inflasi, terdapat dampak PPN termasuk kenaikan cukai rokok 0,3-0,5%. Ditambah pula dengan dampak hari raya dan lebaran yang akan cukup signifikan. Inflasi di akhir 2021 tercatat sebesar 1,87%, sementara pada Februari 2022, inflasi mengalami kenaikan menjadi 2%. Artinya sederet faktor tersebut dapat membuat inflasi di tanah air meningkat dua kali lipat. Mengingat perubahan inflasi tersebut dapat menyentuh angka 4% di tahun 2022.

Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan mampu menjaga agar lonjakan inflasi dapat diredam. Tingginya inflasi akan membuat daya beli masyarakat akhirnya terkikis, apalagi jika masih tahap awal pemulihan, seperti saat ini. Riset tersebut telah menunjukkan, setiap 1% peningkatan pada laju inflasi dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21%. Kenaikan inflasi ini berisiko untuk pemulihan demand.

Bank Indonesia (BI) turut serta dalam memantau ketat perkembangan tersebut agar dapat diantisipasi, meskipun sejauh ini diyakini masih terkendali. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan inflasi di domestik relatif masih terjaga, meskipun imported inflasi perlu untuk diwaspadai terutama dari harga komoditas.