“Sudah, jangan stress,” “Jangan berlarut-larut depresinya.” Kalimat-kalimat pamungkas yang selau dilontarkan jika ada orang disekitar kita yang tampak tertekan atau memilili masalah berlarut-larut.
Lantas apa itu sebenarnya depresi dan stress? Apakah keadaan yang sama namun dengan cara yang berbeda, apa ada definisi-masing-masing?
Perbedaan Depresi dan Stress
Istilah depresi dan stress sering disamakan oleh masyarakat awam. Banyak yang beranggapan ketika seseorang memiliki banyak permasalahan, terlihat tertekan, dan uring-uringan, banyak orang yang menilai bahwa seseoang tersebut sedang depresi dan stress.
“Sudah, jangan depresi dan stress,” nasihat-nasihat yang kerap kali diberikan, padahal itu berada pada dua konsep yang berbeda.
Dilansir dari hellosehat.com, stress seringkali dimulai dari rasa kewalahan karena tekanan-tekanan dari luar, maupun dari diri sendiri dalam rentang waktu yang lama.
Ketika seseorang mengalami stress, tubuh akan mengenalinya dengan serangan atau ancaman. Contohnya, ketika anda memiliki deadline di kantor, tubuh anda akan memproduksi hormone dan zat-zat kimia stress, seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin.
Akibat zat-zat kimia ini, anda pun merasakan dorongan energi dan konsentrasi yang tinggi, sehingga anda dapat merespons sumber tekanan secara efektif.
Meskipun terdengar positif, ada sisi negatifnya. Jika stress muncul disaat yang tidak tepat, stress dapat membuat otak membanjiri tubuh dengan hormone adrenalin, kortisol, dan norepinefrin. Anda pun jadi terus-terusan merasa kalut, cemas, dan juga gelisah.
Sementara itu, depresi merupakan hal yang jauh berbeda dari stress. Depresi bukanlah sekedar keadaan mood seseorang ketika sedang banyak tekanan.