Selain itu, ia juga berharap agar para insan jurnalis pun memang banyak memberikan informasi yang akurat. Kendati demikian, informasi-informasi faktual yang mereka terbitkan masih banyak kalah dengan informasi yang muncul di sosial media, termasuk konten informasi yang sesat alias hoaks.
“Jadi kita harus kembangkan informasi faktual dan netral agar konten hoaks tereduksi dengan sendirinya. Jangan beri informasi yang hanya melegakan ego masyarakat. Karena banyak masyarakat yang inginnya dan suka dengan info yang melegakan egonya sendiri sementara bila info hoaks itu diluruskan, mereka cenderung menolak,” tambahnya.
Wakil Ketua JJP Kanugrahan menilai masyarakat lebih percaya informasi di medsos. Contohnya soal Covid-19 yang mana mereka banyak tidak percaya bahwa virus Covid-19 itu memang ada. Bagi mereka khususnya yang memang tidak suka dengan pemerintahan saat ini, cenderung mereka berpikir bahwa Covid-19 hanya bentuk akal-akalan pemerintah saja.
“Ini miris sekali. Masyarakat percaya info di media sosial, bukan di media mainstream atau di media yang ditulis jurnalis. Kita sebagai jurnalis juga jangan ambil sumber di medsos. Karena kita sebagai agen yang meluruskan berita di medsos,” kata pria yang karib disapa Kano itu.
Ia menyarankan agar jurnalis harus memberi info akurat, bukan malah terjebak dengan informasi-informasi hoaks yang sedang viral. Sebagai jurnalis yang berintegritas, seharusnya check and recheck, klarifikasi ke TKP untuk meluruskan informasi yang salah adalah sesuatu yang mutlak dilakukan.
Rendahnya Literasi Digital Masyarakat Dinilai Jadi Penyebab Hoaks Bertebaran
Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.