Dikatakan Nafie, banyak orang yang menghardik langkah pemerintah dengan mengatasnamakan seluruh bangsa Indonesia, seperti yang terakhir isu haji yang dilempar dan membumbung tinggi sampai dampak jamaah menarik uang dan sebagainya, padahal belum tentu informasi yang mereka terima itu benar adanya.
“Kita sebagai jurnalis harus peka, jangan selalu pakai sumber medsos. Omongan lepas orang pro dan kontra pemerintah memang bisa kita buat berita, tapi harus dicek lagi faktualitasnya,” tambahnya.
Kontributor Inisiatifnews.com, Ahmad Kelrey juga menuturkan, bahwa banyak masyarakat yang hanya mengikuti omongan di media sosial, sayangnya hal-hal yang bersifat positif tak sedikit yang mereka abaikan.
“Ada beberapa sebenarnya yang terbersit di pikiran saya, apakah harus ada inovasi untuk perkembangan sekarang yang terkait berita di Republik ini,” sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Jurnalis dari Holopis.com yakni Muhammad Idris pun mengatakan, bahwa hoaks banyak menyebar karena kecepatan update berita tidak diimbangi dengan literasi yang baik oleh masyarakat.
“Karena orang Indonesia kan kagetan ya, khususnya karakter di Indonesia. Perkembangan teknologi berkembang tidak diimbangi literasi dan kualitas manusianya. Kurang edukasi juga menjadi salah satu faktor orang termakan hoaks. Orang gampang megang sosial media, sementara berita yang bertebaran dan dibuat jurnalis itu kurang kenceng. Jadi galakkan lah teman-teman ini untuk berita-berita akurat sehingga masyarakat tercerdaskan,” paparnya.